Aku baru saja akan membuka mulut untuk melahap sepotong roti makan malamku, ketika aku dikejutkan oleh suara dentuman yang kuat.
Helga yang berada didepanku pun sama terkejutnya. Mulutnya berhenti mengunyah ia menoleh secara reflesk pada ku.
DUUUUM
Suara itu terdengar lagi, namun kali ini aku berdiri. Jari-jariku sudah siap untuk mengeluarkan pedang Aldenir dari sarungnya.
"Apa itu?" Akhirnya Sabrina angkat suara. Wajahnya tak gentar sedikitpun namun sebaliknya wajahnya kelihatan sangat berani dan tegas.
Sebagai seorang pemimpin Bucky sudah siap didepan, pedangnya tidak berada di sarungnya lagi. Jarinya meraba ke pintu, tapi sebelum itu dia melihat ku.
Aku mengangguk kecil.
Jika sesuatu itu adalah penyerangan. Berarti ini bukanlah serangan biasa karena bisa melewati penjagaan pengawal istana. Belum lagi Heimdal yang dapat melihat segala hal di sembilan alam.
Memang pondok kami terletak di bagian istana terluar. Apa saja bisa terjadi--misalnya ada binatang buas yang nyasar ke istana.
Saat Bucky bersiap untuk membuka pintu. Tanganku sudah memggenggam dengan erat pedang Aldenir. Memang sudah menjadi kebiasaanku untuk menggenggam sesuatu apapun yang berada dekat denganku--entah itu pedang seperti yang kulakukan saat ini ataupun hal lainnya, boneka misalnya.
Krieeet
Tak tampak apapun dari jarakku, dan melihat dari ekspresi Bucky yang mencari-cari di kegelapan Asgard, dia juga tak melihat apa-apa. Minimnya cahaya membuat kesulitan untuk menemukan sumber kericuhan itu.
Tapi tetap saja aku bisa mendengar hiruk-pikuk penjaga yang sedang melakukan sesuatu.
Bucky menaikkan tangannya setinggi telinga untuk mengisyaratkan aku dan yang lain untuk tetap diam ditempat.
Bucky masih mengamati, namun dengan minimnya cahaya membuat hal yang dilakukannya sia-sia. Dia memanggil Liam kedepan.
Ya. Liam, dengan mata istimewanya itu dia berjalan dengan cepat dan sigap. Kini dia sudah berada tepat disamping Bucky. Gelap tidak dapat menghentikan pandangannya begitupun juga dengan jarak. Terlahir dengan indra mata yang kuat menjadi salah satu alasan kuat dia lolos dan sekrang berdiri bersama kami sebagai orang yang menyandang gelar kesatria Aldenir.
Liam menarik napas. Aku yakin dia telah menemukan apa yang dicari.
"Catoblepas!" Sebutnya, eskpresi yang aku timbulkan dari ucapannya sama dengan teman-temanku. Terkejut. Ya. Tidak seharusnya hewan liar seperti Catoblepas bisa berkeliaran di istana.
"Kurasa ini..." Aku menunggu-nunggu kalimat yang akan diucapkannya. "...Alpha! Ya dia sang Alpha!"
Ucapan itu tak lantas membuatku lega. Sebaliknya aku dibuat merinding dan was-was. Catoblepas! Aku hanya pernah melihatnya di buku pelajaran. Bison bertanduk delapan dengan kulit yang sama kerasnya dengan logam cottati.
"Aldenir!" Suara Bucky menggelegar di ambang ruangan begitu tegas dan gagah. Cerminan dari seorang pemimpin. "Angkat pedang kalian dan jangan gentar. Ada tamu tidak diundang dan kita akan mengusirnya!"
Adrenalin mengalir disekujur tubuhku dan aku tak dapat menyembunyikan kebahagiaan tersendiri yang aku dapatkan dari hal ini.
Aku begitu bergairah untuk tugas pertama ini. Meskipun bukan tugas resmi.
Aku menarik napas dalam-dalam kemudian bersama Aldenir lainnya maju dalam kelompok yang gagah berani.
Bucky, Liam, Helga, Sabrina dan aku dalam kelompok yang berada di depan.