Chapter 2

23 10 2
                                    

Haruskah ku paksakan tentang rasa ini haruskah kubohongi diri ini bila kau terus mencoba mencintaiku mengapa aku tak bisa sepertimu

Tolong ajari aku untuk mencintai dengan hati yang tak harus berganti

BBM

Ikhsanmadafrasetyo : la lagi apa?

Sahilaadriatasya : lagi tiduran

Ikhsanmadafrasetyo : oh

Sahilaadriatasya : ya

Sahilaadriatasya : btw kalo lonya?

Sahilaadriatasya : eh Maaf maksud gue kamu lagi apa?

Gue seneng baca chat yang ini dia mulai perhatian lagi sama gue biasanya boro boro dia tanya balik balesnya aja pada singkat

khsanmadafrasetyo : gak usah tegang gitu lagi la :D

Sahilaadriatasya : hehe

Ikhsanmadafrasetyo : gue lagi duduk

Sahilaadriatasya : oh

Gue tanya apa lagi ya masa tanya makan lagi kan baru aja tadi siang gue makan bareng oh gue anterin dia aja ke sekolah

Ikhsanmadafrasetyo : La besok aku anterin kamu ya ke sekolah

Delive

Kok sahila gak bales bales ya atau mungkin dia tidur yaudah lah gak papa

Sebenernya gue rasa ada yang aneh dari Sahila, gue rasa akhir akhir ini dia sering cuek sama gue atau ini cuma perasaan gue

Tapi kalo bener dia berubah karena apa emangnya gue salah apa sama dia

***

"San bangun"

Duh apaan sih kan udah tau aku sekolah siang kok nyokap bangunin pagi gini

"San" teriakannya terdengar kembali

"Mah aku kan sekolah siang"

"Iya mamah juga tahu, tapi kata kamu tadi malem, suruh bangunin pagi" ucapnya "emangnya ada apa sih san?" tanyanya kebingungan

Ikhsan mengerjap mengingat-ngingat. Oh iya gue harus anterin Sahila, gawat gawat sekarang jam berapa

Ikhsan menoleh kearah tembok kanan dari tempat tidurnya untuk melihat jam, 06.45
Ia pun langsung mandi dan bersiap untuk mengantar Sahila

"Mah aku pergi dulu Assalamu'alaikum"

"Waalaikumsalam ehh mau kemana"

"Anter temen" teriaknya sembari berlalu menuju motornya dan bergegas melajukan kendaraannya ke arah rumah Sahila

Memang diantara mereka pun tidak saling bicara ke orang tua jika mereka pacaran seakan mereka bekstrit tapi hanya orang tua mereka saja yang tidak tahu, jika teman-teman mereka pada tahu

Pim..pim..

"La"

Sahila pun menoleh kearah neneknya yang sembari menyuapkan nasi ke mulutnya

"Kayaknya ada orang di luar"

"Siapa mah"

"Gak tahu, yaudah mamah cek dulu ya"

Sahila hanya mengangguk dan melanjutkan sarapan yang sepertinya sangat menikmati masakan buatan neneknya itu

"La temen kamu" teriaknya di ambang pintu

Sahila pun terhenti dari aktivitas nya Dan bergegas menuju depan

"Siapa mah"

"Tuh ikhsan"

Ketika Sahila mendengar nama itu spontan matanya terbelalak.

Hah kok dia ke sini sih ihh mau apa lagian gue mau berangkat sekolah gak ada waktu buat pacaran!!

"Yaudah jangan di lihatin aja ajak masuk dianya"

Sahila berjalan menuju teras dan membukakan pagar rumahnya
"San Lo ngapain ke sini?"

"Lho kamu belum baca"

"Baca apa?"

"Malem aku bilang mau anterin kamu sekolah"

"Oh gue belum sempet buka BBM, padahal Lo gak usah repot-repot"

"Gak repot"

"Yaudah masuk"

"Gak usah ntar kamu telat ayo mau berangkat sekarang gak, tapi aku pamitan dulu sama nenek kamu ya"

"Ya udah"
Sahila pun berlari kecil ke dalam rumah untuk mengambil ransel

"Mah, ikhsan mau nganterin aku berangkat sekolah"

"Oh yaudah gak papa"

"Katanya dia mau pamitan mah"

Sahila dan neneknya pun berjalan keluar rumah dan mereka berpamitan

"Makasih ya san"

Ikhsan terangguk dan membukakan helem dari kepala sahial

Alhasil mereka saling tatap namun tak lama setelah sahila menyadari ia langsung memalingkan pandangannya dan berusaha menghindar dari tatapan ikhsan

"Eh.. gue ke kelas ya"

"Ya"

Ikhsan pun terlamun sesaat dan melekuk kan bibirnya yang menggambarkan kebahagiaan

"La napa muka lo, pagi begini udah dibikin kusut aja"

"Gak papa, mungkin gue kurang tidur"

"Lo begadang?"

Sahila mengelengkan kepalanya tak acuh dan berjalan terus hinga sampai di tempat duduknya

"Syaaa ilah napa tu bocah" Gia terheran heran dengan perlakuan Sahila pagi ini

"La ngadem yuk sebelum bel" ajak Fadila dan sahabat yang lainnya

Mungkin emang semua ini salah gue, salah! Gue salah harus pernah suka sama dia, gue juga salah bisa suka sama Zidan kenapa waktu gak bisa gue ulang kenapa hati yang harus berjuang dengan sekeras mungkin padahal dia bukan lah hal yang kuat, bukan benda mati yang tak bisa merasa tersakiti melainkan hati yang begitu rapuh, bagaikan kertas yang mudah hancur ketika bertemu dengan air.

sahilaadriatasyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang