Bertahan_2 Plot

170 10 0
                                    

" Layaknya antrian sembako, kita tidak beriringan. Aku di belakangmu dan dia di depanmu."

_Gavindra Akbar_

" Kak Ragha! Kak Ragha!"
Teriakan seorang gadis bersama hembusan angin dan gemuruh ombak. Dingin menusuk kepenjuru sendi dan tulangnya. Dia berusaha bertahan dan menjaga kesadarannya. Gadis itu semakin jauh dan hilang. Teriakan gadis itu tenggelam bersama sinar yang semakin redup.


" Kenapa lagi?" Tanya wanita berjas putih.

" Gue mimpiin dia lagi ki" jawab Ragha terlihat lelah.

" Mau sampe kapan lo kaya gini?" Tanya wanita itu kesal.

" Gue nggak tau harus gimana" Ragha menundukkan kepalanya.

" Itu bukan salah lo Ra"

" Kalo gue dengerin bokap gue waktu itu, dia nggak akan pergi ki"

" Nggak ada yang tau takdir orang Ra, dia pergi mungkin karna itu yang terbaik buat dia" wanita itu mendekat dan mengusap pundak Ragha berusaha menguatkan. Ragha hanya diam mendengar wanita itu. Matanya memanas dan mulai berair.

" Lo harus lebih terbuka ke keluarga lo"

" Gue nggak bisa, nyokap gue bakalan khawatir kalau tau ini semua"

" Lo bisa bunuh diri lo sendiri Ra" bentak wanita itu seraya menunjuk tangan Ragha yang penuh luka.

" Kirani please" Ragha mendongak menatap wanita yang ia panggil Kirani itu penuh permohonan.

Kirani hanya bisa mendengus kasar. Dia sangat mengerti keadaan Ragha. Terlebih dia bukan hanya sahabat masa kecil Ragha tapi juga seorang dokter yang setahun ini memdampingi Ragha.

" Sabrina gimana?" Tanya kirani

" Baik" jawab Ragha datar.

" Bukan itu Ragha. Lo masih sama Sabrina?" Selidik Kirani.

" Iya" jawab Ragha singkat.

" Kalo ngeliat dia bikin lo tambah sakit, kenapa nggak lo lepasin aja dia?" Tanya Kirani yang hanya dibalas senyum Ragha.

" Ra, lo juga harus bahagia" kata Kirani lembut, seraya menggenggam tangan Ragha.

" Gue bahagia kalo keluarga gue bahagia" Ragha menghempaskan nafasnya dan melanjutkan kata katanya.

" Gue nggak mau ngerenggut kebahagiaan mereka lagi, lo liatkan perkembangan Mama semakin pesat. Dia keliatan bahagia banget setiap ketemu Sabrina" jelasnya dan tersenyum tulus walau matamya berkata lain.

" Cemberut mulu" ucap Ragha sekaligus mencubit pipi Kirani gemas dan sontak membuat Kirani mengerang marah.

" Kalo lo pengen ngeliat gue bahagia, mending cepet aja kasih obatnya" kata Ragha dan Kirani hanya memutar bola matanya jengah.

" Kalo bokap gue tau, bisa di pecat gue" ucap Kirana dan melemparkan setabung kecil obat yang ditangkap Ragha dengan tepat.

" Thanks bu dokter" Ragha tersenyum dan memasukan obatnya ke saku.

Ya mungkin hanya dengan Kirani Ragha bisa seterbuka itu. Dan hanya dengan Kirani Ragha bisa melepaskan topeng dan menjadi dirinya sendiri.

" Gue mau balik, makan siang sama papa di runah. Gue nebeng lo ya"

" Siap" jawab Ragha dengan sikap hormat layaknya prajurit dengan komandannya.

Ragha dan Kirani keluar dari ruangannya. Mereka berjalan beriringan dengan tangan Ragha merangkal bahu Kirani. Mungkin orang yang melihatnya akan berfikir mereka sepasang kekasih. Tangan Ragha pun tidak tinggal diam, kadang mengacak rambut Kirani asal dan dibalas dengan cubitan diperut Ragha. Mereka bercanda dan tertawa bersama dan mungkin hanya dengan Kirani Ragha bisa seperti itu. Jelas dia adalah sahabatnya sendiri seperti Sabrina dan Gavin.

PLOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang