Sakit_21 Plot

62 9 7
                                    

"Karna memiliki bisa berarti menyakiti"
-Ragha Anggaraksa-

" Gaga mau nikah Yah" ucap Gavin disambut dengan tatapan tak percaya ayahnya.

" Nikah?" Ali memastikan.

" Sama Sabrina" lanjutnya.

Ali sontak terkejut, dan beranjak dari duduknya.

" Ga" Ali mulai menetralkan gemuruh di dadanya.

Bagaimanapun juga sebagai ayah, Ali mengetahui perasaan Gavin untuk Sabrina selama ini. Ali juga akan sangat bahagia jika mereka memang berjodoh. Tapi, Ali tidak bisa memaksa Sabrina, sedangkan ia tahu betul dalamnya perasaan Sabrina untuk Ragha.

" Yah dengerin Gaga dulu" ucap Gavin.

" Ayah tahu kamu menyayangi Sabi lebih dari sahabat atau kakak ke adiknya. Kamu mencintai Sabi selayaknya pria pada wanitanya"

Gavin sempat terkejut mendengar penuturan Ali.

" Yah"

" Ga, Sabrina sudah cukup hancur. Dia cuma butuh Ragha, kamu jangan memanfaatkan ketiadaan Ragha sekarang"

Gavin mengacak rambutnya frustasi, dia sangat bingung bagaimana menjelaskan semua ke ayahnya.

" Justru karna Gaga nggak mau liat Sabrina semakin hancur Yah"

" GAVINDRA JANGAN EGOIS!!!" bentak Ali tiba-tiba.

Gavin hanya bisa memejamkan matanya, sebenarnya hatinya cukup sakit mendengar bentakan ayahnya. Ali bahkan tidak pernah terlihat semarah ini sebelumnya.

" Ragha sakit Ayah" jelas Gavin dengan lemah dan bergetar.

FLASHBACK ON

Panti Rehabilitasi Gangguan Jiwa dan Mental
Gemilang

Mata Gavin melotot membaca tulisan plang yang ada di depannya ini. Setelah pertemuannya dengan Riga tadi, Gavin langsung menuju alamat yang Riga tulis.

" Sialan tu bocah, main-main sama gue" gerutu Gavin dalam mobilnya.

Arrghhh

" Dia pikir gue gila apa? Dasar bocah kurang ajar" Gavin terus memaki Riga yang membuatnya sampai di tempat ini.

Bagaimana tidak? Sampai ke tempat ini membutuhkan waktu sekitar 2 jam perjalanan, naik turun gunung melewati lereng Merapi. Sangat melelahkan.

Tapi sesaat setelah Gavin menyalakan mesin mobilnya, Gavin melihat sosok yang tidak asing untuknya.

" Kirani?" Lirihnya.

Tak perlu waktu lama, Gavin segera keluar dan menarik lengan Kirani dengan kasar.

" Awwh" pekik Kirani ketika merasa ada yng menarik lengannya.

" Ga...Gavin?" Ucap Kirani terbata karna terkejut melihat keberadaan Gavin di tempat ini.

" Lo ngapain di sini?" Tanya Gavin dengan tajam.

" Gu..gue ehmm" Kirani terlihat tidak nyaman dengan pertanyaan Gavin.

Gavin menatap Kirani dari atas hingga bawah. Jas putih dan map biru bertuliskan data pasien. Gavin melepas tangannya.

PLOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang