" Aku akan mengingatnya sebagai angin, sebagai hujan. Dia selalu ada, terimakasih Girarda"
- Sabrina Ghaliya-Sabrina mengingatnya, Gira meninggal karna menggantikannya.
" Maafin Gue Gi, bahkan dengan teganya gue ngelupain keberadaan lo. Maaf"
Tinnnn
Seketika sorotan lampu sen mobil menyilaukannya. Dari kejauhan Sabrina melihat Tara dibalik kemudi.
Hari semakin larut, langit berubah menjadi kelam, mencekam seperti malam itu. Sabrina menatap lekat sosok dibalik kemudi itu.
Dia kini tahu apa maksud Tara selama ini.
" seharusnya lo tanya apa yang terjadi bukan apa yang gue lakuin" ucapan Tara di meja makan Gavin waktu itu terngiang di kepalanya.
Ya, Sabrina selalu menyalahkan orang lain hanya karna dia pernah sekali melakukan kesalahan, seharusnya 'apa yang terjadi?' itu yang Sabrina tanyakan ke Biru ketika menemukan Biru dan Tara sedang bermesraan di belakangnya.
" Apa kabar? Itu yang seharusnya lo katakan ketika kita bertemu" satu kalimat Tara lagi yang menohoknya.
Bahkan dia tidak menanyakan keadaan Tara, yang sama sakitnya seperti Sabrina. Tara memang melakukan kesalahan besar, tapi bukankah dia juga terluka?
Sabrina melempar tas yang ia bawa sembarangan. Berjalan ke tengah jalan, dia mengerti apa maksud Tara memanggilnya ke tempat ini. Sabrina yang seharusnya mati di tempat ini, bukan Gira.
Sabrina tersenyum ke arah Tara, menganggukkan kepalanya sekali, dan mengucapkan
" Maaf" dengan gerakkan mulutnya.
Seketika mobil itu melaju dengan cepat dan
Cittttttttttttttttt
Berhenti tepat di depan Sabrina.
Tangan, kaki bahkan seluruh tubuh Sabrina bergetar, ia luruh dalam ketakutannya. Seketika kehangatan Sabrina rasakan, aroma lavender menyapu penciumannya.
" Ta" lirih Sabrina.
" Maafin Gue Sa, gue yang salah. Gue minta maaf" ucap Tara yang masih memeluk Sabrina erat.
" Gira" ucap Sabrina kembali.
" Gue minta maaf, maaf Sasa" Tara ikut luruh dalam penyesalannya.
Bersamaan dengan itu, sebuah mobil berhenti di dekat mereka. Dua sosok lelaki turun dengan ekspresi khawatir yang berbeda.
Sabrina melihat dua sosok bayangan laki-laki itu, namun lambat laun matanya memburam. Kesadarannya hilang.
Tiga hari kemudian.
" Bi, makan ya. Lo tambah kurus sekarang. Bunda bisa marahin gue kalao tau lo sekurus ini sekarang" oceh Gavin sedang Sabrina tetap tak bergeming.
Gavin menghembuskan nafasnya dengan kasar. Tiga hari setelah kejadian itu, Sabrina semakin murung, sedikit makan dan bicara. Gavin semakin khawatir dibuatnya.
" Gue nggak akan maksa lo buat nikah sama Gue, tapi please lo harus tetep hidup. Jangan kaya gini Bi" ucap Gavin dengan lembut.
Sabrina kini hanya bisa berbaring di kamar rumahnya. Hal itu membuat Mak Sum harus menunda niat pensiunnya hingga kondisi Sabrina membaik.
Tok tok tok
" Ya" ucap Gavin.
" Mas Gaga, ada tamu" ucap Mak Sum.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLOT
Teen FictionKisah ini adalah susunan cerita masa lalu. Potret-potret yang berjejer terbentuk menjadi sebuah kaset, yang akan terputar kembali tanpa diminta. Luka, sesal, suka dan cita terekam baik di dalamnya. Untuk saat ini, Bagi Sabrina mencintai Ragha bukan...