" kayaknya ada anomali di hati gue, dia nggak jatuh menuju inti bumi tapi malah jatuh ke hati lo"
-Gavindra Akbar-
"Ga" panggil seseorang, membuat Gavin mendongakkan kepalanya.
Gavin terdiam, terkejut melihat sosok perempuan di depannya. Sedangkan sang perempuan melihatnya dengan ekspresi yang sulit diartikan.
" Bi, kok disini?" Ucap Gavin masih menggenggam tangan Tara.
Tara ikut menoleh ke arah belakang. Ia begitu terkejut melihat perempuan yang berdiri di belakangnya. Namun keduanya diam, tak bereaksi apapun. Mereka sama-sama termenung, pikirannya membawanya ke masa lalu.
" Sabrina?" Ucap Tara setelah tersadar dari pikirannya.
Sabrina tetap diam, matanya yang semula mengarah ke Tara beralih kegenggaman tangan Gavin. Sabrina tak mengerti ada sedikit gejolak di hatinya. Kemudian ia kembali menatap Gavin.
" Ga, ayo pulang" ucap Sabrina tak peduli dengan keberadaan Tara bahkan Ragha. Ya, sedari tadi Ragha berada tepat di samping Sabrina, melihat kejadian di depannya tanpa melepas genggaman tangannya dengan Sabrina.
" Bi gue..." ucap Gavin terpotong oleh perger akan Sabrina yang tiba-tiba.
Tanpa sadar Sabrina reflek melepas genggaman Ragha. Sabrina bergerak meraih lengan Gavin, menariknya keluar dari ingatan lama yang terpampang jelas di depannya. Sakit, lelah, dan kecewa terlihat dari sorot matanya, walau terlihat rindu yang samar di dalamnya.
Disisi lain, Ragha yang terkejut melihat Sabrina, hanya bisa melihat punggung itu menjauh darinya, sekilas ia melihat bekas tautan tangannya. Terlihat sendu di raut wajahnya.
Kembali teringat, Ragha tidak sendiri. Ya, dia tidak sendiri ada hati lain yang juga terluka. Perempuan di depannya masih termenung, melihat pria yang juga semakin pergi darinya.
" hei, Saya Ragha. Maaf atas tindakan Sabrina tadi." Ucap Ragha mengulurkan tangannya dan menunjukkan senyum hangat di sana.
Tara menoleh menatap mata lembut Ragha. Tatapannya begitu bersahabat. Tara menyambut tangan Ragha dan menjabatnya.
" Tara" ucap tara singkat. Ia tersenyum walau terlihat senyuman sumbang di bibirnya.
" kamu sendiri? Biar saya antar," ucap Ragha lembut. Dia merasa bertanggung jawab atas tindakan Sabrina yang membuat wanita di depannya ini sendirian.
" kamu.... pacarnya Sabrina?" tanya Tara yang dijawab Ragha dengan anggukan.
"Kamu diem aja liat cewek kamu pergi sama cowok lain?" ucap Tara yang heran dengan sikap Ragha yang seolah pasrah melihat kejadian tadi.
"Gavin bukan cowok lain, dia sahabatnya. Kalau kamu bersedia saya akan mengantarkanmu pulang, " Ragha menjeda ucapannya.
" sebagai permintaan maaf saya atas tindakan Sabrina" lanjutnya.
Tara mengerutkan keningnya, seolah tidak percaya dengan perkataan laki-laki di depannya. Dia terus meminta maaf untuk kesalahan yang sama sekali tidak ia perbuat, melainkan untuk kekasihnya yang bahkan terlihat mengacuhkannya. Sorot matanya terlihat tulus, menenangkan. Dia mengenal sorot itu, sorot mata yang telah lama ia rindukan. Merasa tak nyaman Tara memalingkan wajahnya. Setelahnya ia menunduk lesu dan mengangguk sebagai persetujuannya.
Di tempat lain, di dalam mobil Gavin terasa begitu senyap. Tak ada bualan atau sekadar nyanyian di dalam mobil hitam itu. Semuanya diam, tenggelam dalam pikirannya masing-masing.
Sabrina terus menatap ke arah jalanan yang terlihat lengah malam itu. Sorot lampu kota terlihat begitu menawan. Namun, tak juga membuat hatinya nyaman. Pertemuannya dengan seseorang dari kepingan masa lalunya membuat Sabrina berbalik kembali ke masa itu. Ingatan yang bertahun-tahun ia kubur dalam-dalam berputar dalam otaknya. Logikanya menolak, semua sudah selesai. Namun hatinya berkata lain, masih ada luka di dalamnya. Luka yang mengering tapi tak bisa pudar dan terasa nyeri jika menyentuhnya. Dia belum sembuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLOT
Teen FictionKisah ini adalah susunan cerita masa lalu. Potret-potret yang berjejer terbentuk menjadi sebuah kaset, yang akan terputar kembali tanpa diminta. Luka, sesal, suka dan cita terekam baik di dalamnya. Untuk saat ini, Bagi Sabrina mencintai Ragha bukan...