"Kita berjalan menghadap ke depan, tidak perlu menengok ke belakang jika itu membuatmu tersandung dan jatuh kembali. Hanya menyakiti dirimu sendiri"
-Gavindra Akbar-Kuliah telah berakhir satu jam yang lalu. Tapi, Sabrina masih enggan beranjak dari kursinya. Kesunyian di ruang itu menguasai kesendiriannya. Sabrina termenung, memikirkan berbagai macam hal yang akhir-akhir ini mengganggu pikirannya.
Hingga terdengar dering di ponselnya.
" Hm?"
" Dimana?"
" Kampus"
" Udah balik?"
" Udah"
" Jadi nonton?"
Seketika muka suntuk Sabriba berubah menjadi sumringah.
" Mauk mauk" jawab Sabrina dengan girang.
" Ya udah gue jalan ke sana"
Karena terlalu memikirkan masalahnya, Sabrina lupa Gavin mengajaknya pergi pagi tadi.
Kini keduanya telah berlenggang menyusuri salah satu Mall di kota Jogja. Sabrina bergelayutan di lengan kiri Gavin. Sedangkan tangan Gavin yang lain membawa barang belanjaan Sabrina. Setelah selesai nonton, Sabrina mengeluh dan meminta Gavin untuk mentraktir nya belanja.
Sekilas keduanya seperti sepasang kekasih, walau beberapa juga mengira mereka bersaudara. Sabrina terlihat bahagia saat ini, dia benar-benar memanfaatkan kemarahannya untuk mengisi kembali lemari kamarnya.
" Ya kalo udah ditraktir sana sini sih senyam senyum mulu. Coba kemaren, vas bunga aja dibanting" ujar Gavin sambil melirik Sabrina. Bukan hanya Sabrina, Gavin juga sangat bahagia sebenarnya, walaupun tabungannya kini terkuras habis karena Sabrina, tapi jujur Gavin sangat merindukan saat-saat seperti ini.
" Biarin sih, yang penting kan lo gue maafin" ucap Sabrina dengan senyun lebarnya.
" Habis ini mau makan apa langsung pulang?"
" Makan ya ya ya, tapi lo yang traktir ya ya ya" ucap Sabrina penuh semangat sedangkan Gavin hanya memutar bola matanya.
"Malangnya credit card gue" batin Gavin .
Keduanya duduk bersebelahan, berhadapan dengan kaca besar mengarah ke jalan raya. Langit sudah menggelap tanpa mereka sadari.
" Ga ga ga ga ga ga" seru Sabrina
" Hm?" Jawab Gavin yang masih memainkan ponselnya.
Segera Sabrina merampas ponsel yang Gavin mainkan.
" Apa Sabrina Ghaliya Binti Arjuna Johnson?" Sabrina tersenyum dengan lebarnya.
" Gue mau cerita Ga"
" Apa? Palingan soal Ragha lagi"
" Bukan Ragha"
Gavin menyipitkan matanya, menatap Sabrina intens.
" Gue ketemu Biru"
Gavin jelas terkejut, bertahun-tahun laki-laki yang bernama Biru menghilang, dan kini dia kembali. Entah apa tujuannya kini.
" Kapan?" Gavin mencoba terlihat biasa.
" Tadi, kemaren-kemaren juga pernah"
" Berapa kali?"
" Baru 2 kali Ga"
" Tu anak ngapain?"
" Biru minta balikan, gue jadi bingung"
KAMU SEDANG MEMBACA
PLOT
Teen FictionKisah ini adalah susunan cerita masa lalu. Potret-potret yang berjejer terbentuk menjadi sebuah kaset, yang akan terputar kembali tanpa diminta. Luka, sesal, suka dan cita terekam baik di dalamnya. Untuk saat ini, Bagi Sabrina mencintai Ragha bukan...