" Bukannya tak percaya takdirMu, tapi bolehkah aku memintaMu menghentikan waktu sekarang juga? Aku benar-benar tak ingin melihatnya pergi"
-Ragha Anggaraksa"
Setelah 45 menit mobil Ragha meninggalkan pemakaman, kini mobil itu melewati gapura hitam bertuliskan Selamat Datang di Jawa Tengah." Kita ngapain ke Magelang Kak?"
" menemui seseorang" jawab Ragha ringan dan masih fokus dengan kemudinya.
" Siapa?" Sabrina semakin penasaran.
"someone who missed you" Ragha menengok ke arah Sabrina dan tersenyum lembut.
Sabrina hanya memaku, pikirannya seolah lari ke beberapa hari kemarin, yaitu pertemuannya kembali dengan masa lalunya.
"Seseorang siapa? Nggak mungkin Birukan? Dia kan rumahnya di Magelang" pikir Sabrina.
Sabrina segera menghempaskan pikiran buruknya, lagi pula Ragha tidak mungkin mengenal Biru. Beberapa masalah yang ia hadapi akhir-akhir ini memang membuat Anxiety Disordernya kambuh kembali, yaitu rasa cemas yang berlebihan. Namun berkat konsultasi dengan psikiaternya selama beberapa tahun terakhir Ia lebih bisa mengendalikannya.
Tiga puluh menit berlalu, mobil Ragha telah terparkir rapi di sebuah parkiran tempat wisata yang sangat dikenal di luar maupun dalam negeri. BOROBUDUR TEMPLE.
" wow, udah lama nggak kesini"
Ragha hanya tersenyum melihat kegirangan Sabrina. Ia berjalan mendahului Sabrina dan menuju ke salah satu penjual topi.
Matahari cukup terik pagi itu, sehingga Ragha memutuskan untuk membelikan topi untuk Sabrina dan langsung memasangkannya. Terlihat manis dikenakan Sabrina.
Ragha menggenggam tangan Sabrina dengan lembut, menariknya untuk mengikuti langkah Ragha. Ini bukan kali pertama Ragha mengajak Sabrina berekreasi di tempat wisata, tapi entah mengapa setiap bersama Ragha rasa nyaman dan tenang itu selalu ada.
Suasana di candi Borobudur kala itu tergolong sepi, mungkin karena masih terlalu pagi atau karna bukan hari libur. Tapi itu cukup membuat nyaman keduanya.
Setelah sebelumnya membeli tiket, Ragha dan Sabrina segera menuju pintu masuk dan mengenakan kain batik atau sering disebut jarit yang dilingkarkan di pinggang.
" Pengantin baru ya?"
Keduanya mendongak ke wanita paruh baya di depannya. Ragha tersenyum dan hendak mengeluarkan suaranya.
" Iya" tentu bukan suara Ragha, melainkan Sabrina yang tengah tersenyum lebar menanggapi petugas yang menanyainya tadi.
Ragha hanya terkekeh dan meng iya kan penuturan Sabrina.
Mereka berjalan beriringan memasuki kawasan candi. Beberapa pasang mata memperhatikan keduanya. Terdengar juga bisikan-bisikan yang mengomentari mereka, ada yang memberi komentar positif hingga negatif, tapi tak cukup mempengaruhi mereka.
" Bi"
" Ya?"
" Kamu pernah denger beberapa mitos tentang candi?"
" Emmm, yang kalau ada pasangan yang dateng ke candi bisa putus?"
" Bisa juga, itu termasuk. Kamu percaya?"
Sabrina menghentikan langkahnya dan melihat Ragha penuh tanya. Ia diam sejenak, terlihat berpikir.
" Nope" ucap Sabrina terdengar ragu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLOT
Teen FictionKisah ini adalah susunan cerita masa lalu. Potret-potret yang berjejer terbentuk menjadi sebuah kaset, yang akan terputar kembali tanpa diminta. Luka, sesal, suka dan cita terekam baik di dalamnya. Untuk saat ini, Bagi Sabrina mencintai Ragha bukan...