Percaya_3 Plot

120 6 4
                                    

" Dia itu Heroin dan aku Pecandunya. Ketika mereka mengatakan Dia berbahaya tapi aku menikmatinya dan mati perlahan karnanya"

-Sabrina Ghaliya-

Mobil Gavin berhenti tepat di depan rumah Sabrina. Rumah yang tidak terlalu besar tapi bisa dibilang cukup mewah. Sabrina membuka seatbeltnya, tapi sebelum keluar sabrina menoleh ke arah Gavin.

" Ga "

" Hmm" Gavin hanya berdehem menjawab panggilan Sabrina dan sibuk bercermin menata poni rambutnya.

" Lo pergi sama tar tar apa roti tar itu aja ya, ntar gue bisa naik taksi kok. Beneran deh suwer" ucap Sabrina sambil mengacungkan dua jarinya untuk meyakinkannya.

" Namanya Tara bi" jawab Gavin dengan mempertahankan kesibukannya.

" Ya itulah Tarara jreng apa siapa namanya nggak peduli gue. Tapi gue serius Ga, gue bukan anak kecil lagi Ga " ucap Sabrina yang membuat Gavin menghentikan aktivitasnya.

" Keluar bi, 2 jam lagi gue jemput" kata Gavin seraya membuka pintu mobil sebelah Sabrina.

" Ihh Ga, gu Gagaaaaaaaaaa!!!!!!" sanggah Sabrina terhenti dan menjerit karena melihat tasnya di lempar keluar mobil Gavin.

Sabrina sontak membulatkan matanya dan mengerucutkan bibirnya. Sedanhkan Gavin hanya cekikikan dan mengacak rambut Sabrina asal. Sangat terlihat lucu dimata Gavin, dan selalu seperti itu.

Sabrina hanya pasrah dan keluar mobil dan menutup pintunya kasar, kalau tidak bukan hanya tasnya lagi yang dilempar keluar, bisa-bisa Gavin nekat melakukan hal aneh seperti sebelum-sebelumnya.

_FLASHBACK ON_

Siang itu terlihat laki-laki dengan muka yang sudah memerah seperti kepiting yang direbus dan rahang yang mengeras bagaikan karang dilautan. Ya dia adalah Gavin. Dia sedang marah karna Sabrina meninggalkannya memilih pulang menggunakan angkutan umum padahal Gavin selalu melarang Sabrina menggunakan moda transportasi itu. Bukannya sombong, tapi Sabrina selalu ketiduran dan akhirnya turun di terminal pemberhentian terakhir yang jaraknya lumayan jauh dari rumahnya. Dengan ponsel yang selalu mati karna lowbath membuat Papanya uring-uringan mencarinya, begitu pula dengan Gavin. Semenjak saat itu Gavin tidak pernah membiarkan Sabrina pulang sendiri terutama menggunakan angkutan umum.

Jadi, ketika Sabrina melanggar larangan Gavin, Gavin marah besar. Gavin memogokkan angkutan yang membawa Sabrina lalu menarik Sabrina sedikit kasar. Terlihat berlebihan memang, tapi untuk Gavin tidak ada kata "berlebihan" untuk melindungi Sabrina Ghaliya. Sepanjang perjalanan Gavin hanya diam, ketika Sabrina mengoceh hingga berbusapun Gavin hanya diam. Saat saat seperti inilah yang ditakuti Sabrina. Mata Gavin yang sedikit merah, rahan yang terlihat mengeras menunjukkan kemurkaannya yang sangat besar. Hingga sampai di depan rumah Sabrina Gavin tetap diam.

" Ga" ucap Sabrina sambil menusuk-nusuk lengan Gavin dengan jari telunjuknya.

" Keluar" jawab Gavin ketus tanpa menoleh ke Sabrina.

" Ma....af" ucap Sabrina gagap ketika tiba- tiba Gavin keluar dari mobil dan membuka pintu sebelah Sabrina. Sabrina hanyamelongo dan matanya mengikuti pergerakan Gavin.

" Keluar" kata Gavin dengan penekanan.

" Ga, jangan ma ahhhhhh" teriak Sabrina ketika mendapati tasnya dilempar keluar oleh Gavin.

" Gag" ucap Sabrina terpotong ketika tiba-tiba Gavin membopong tubuhnya keluar mobil.

" Gagaaaaaaa turunin gueee" teriak Sabrina sambil memukul mukul dada Gavin, sedangkan Gavin sama sekali tidak memperdulikannya.

PLOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang