Flores in Moon

97 8 0
                                    


Bintang ...
Aku terus berlari ...
Gunung dan lembah dimana-mana ...
Mereka mendekat ...
Kakiku mati rasa ...
Bambu runcing menghadangkanku ...
Lalu aku mati ...

Mataku terbuka sempurna. Aku terbangun, keringat merembes kaos putihku. Jatungku berdegup kencang, dan meneguk botol air mineral milikku.

Mimpi aneh.

Aku tidur dan mendapatkan diriku sudah mati.

"Oh my god. Are you kiding me?" Dani mengigau, lalu mencubit pipi bapau Azmi.

"Geus cicing, maneh-maneh di pecat ti sakola" umpat Yopi. Dia selalu melantur saat tidur.

Aku hanya bisa diam, menyandarkan kepalaku ditas sebagai bantal. Perlahan Yopi dan Dani kembali tidur. Di dalam tenda kembali lenggang, hanya suara jangkrik atau sejenis serangga. Embusan angin malam sangat dingin. Selimutku hanya sedikit menghangat tubuhku, terpaksa aku mengenakan jaket lebih tebal.

Tinggal 30 menit, panitia yang bertugas akan membangunkanku. Aku tidak ingin melewatkan jam istirahatku paling berharga. Sejenak kupejamkan mataku, kemudian aku jatuh tertidur.

30 menit kemudian ...

"Woy! Bangun Rizal. Bangun!"

Aku menggeliat kecil, tidak terbiasa bangun tengah malam.

"Ada apa aku mau tidur" keluhku, menarik selimutku.

Azmi menarik selimutku, Dani menampar pipiku, Yopi berteriak "banguuun!"

"Iya, iya. Aku bangun" aku bangun, segera keluar dari tenda.

Hampir semua peserta yang ikut LDKS berada di lapangan. Teman setimku menyusulku dari belakang. Sedikit dari panitia menyuruh atau membentak peserta agar keluar dari tenda.

"Cepat keluar! Jangan pake jaket. Cepat! Cepat! Sebentar lagi acara akan segera dimulai!!" bentak A Ian, saat satu-dua peserta mengenakan jaket.

"What the fuck. Are you kiding me" keluh Dani.

Raut wajahku hampir sama dengan peserta lain, kecewa. Di malam yang dingin tidak boleh pakai jaket?

No way, tidak mungkin. Dasar orang tua galak. Aku kesal hingga mengeluarkan kata jelek di dalam pikiranku. Terlepas dari itu, aku turuti perintah dari AIan dan panitia lain. Aku menyimpan jaket merahku, lalu berkumpul seperti instruksi dari Pak. Doni.

Pak. Doni bukan guru galak, tapi dia guru paling tegas.

" Ananda semua, perlu ananda ketahui bahwa salah satu bagian dari kegiatan LDKS ini adalah renungan malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

" Ananda semua, perlu ananda ketahui bahwa salah satu bagian dari kegiatan LDKS ini adalah renungan malam. Dimalam yang sunyi dan dingin ini bapak ingin mengajak ..."

Acara jurit malam berlangsung lama. Selama acara berlangsung, kami disuruh duduk dan berdiri. Lalu tidur tengkurap, mencium tanah. Kata-kata yang masih terngiat adalah "cium bumi pertiwi!!"

Apanya yang pertiwi. Nama ibuku bukan ibu pertiwi. Aku disuruh cium tanah?!

Beberapa peserta mulai histeris, ucapan Pak. Doni begitu membawa suasana keheningan malam. Tapi, aku tidak menangis, sedih, atau ada rasa penyesalan. Sejak awal, aku ketiduran sambil memendamkan wajahku di tanah basah. Dan juga aku tidak merasa bersalah terhadap orang tua, aku adalah mantan anak pramuka. Jurit malam seperti ini, hal yang mudah untukku.

Hanya saja Yopi menangis seperti bayi besar, Dani hanya diam dan merenungkan. Sedangkan Azmi selalu dibentak oleh Pak. Doni, terkadang panitia yang berjaga sering menyuruh Azmi untuk tidak tidur.

***





Hehehehe....

Bagi para pembaca yg setia. Tolong coment dan like cerita ini.

Karena dukungan kalian sangat berarti untukku. >_<

4 BROTHER version CRIME #Wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang