Tertangkap

40 6 0
                                    

Tuing... Tuing... Tuing...

"Author gila...! Buat apa hiu loncat kayak lumba²?!"

Aku berteriak. Berpegangan kuat pada perut Lya.

Tak di sangka hiu sebesar gedung tingkat 100 lantai dapat melompat bebas ke angkasa. Kayak naik banteng aja.

"Apa yg kau teriakan, Zal?" tanya Lya. Membenarkan poni rambut berantakan. Dia berpegangan erat pada perut Yopi sepertiku.

"Apa...? Aku tdk dengar?" tanyaku. Berteriak lebih keras.

"Hah!!"

"Aku sulit mendengarmu."

"Hah!!"

"Hah!!"

"Tutup mulutmu, Zal."

"Apa?"

"Aku bilang, tutup mulutmu."

"Apa? Aku tdk dengar."

"Aku bilang... T-U-T-U-P M-U-L-U-T-M-U."

Yopi menoleh, tanpa bicara. Memberi perintah untuk segera melambat laju hiu.

"Kalian berisik. Aku sulit konsentrasi. Berhenti kalian berteriak di dekat telingaku." Yopi bahkan berteriak berkekuatan stereo daripada kami.

Aku dan Lya saling menatap. "Kami menyesal."

"Kau mau bawa kami ke mana?" tanyaku heran.

"Entahlah, aku sendiri bingung."

Lya menatap Yopi gemas, menahan napas tertahan. "Terus... Kenapa kau bawa kita ke sini?"

Kami diam.

Di tengah lautan yg luas. Aku tdk melihat 1 kapal melintas tanpa sengaja. Aku memutar mata, perutku keroncongan lagi. Lya masih ngambek, mencibir tak jelas.

"Usahakan kau hentikan suara itu, Rizal."

"Bagaimana aku menghentikannya? Perutku kelaparan. Kau marah padaku, Lya?"

"Aku kesal. Kita berada di tengah samudra pasifik bersama temanmu yg bodoh. Aku kedinginan. Aku bahkan belum menemukan satu pun warung yg aku mau kunjungi." Lya mencibir.

Aku diam. Aku baru lihat Lya marah sebesar itu.

"Pikirkan lagi, Lya. Mana ada warung mau nongkrong di tempat ini?"

"Ada, kok!" jawab Yopi. Dia menunjuk. "Di sebelah sana dekat batu karang."

Aku menoleh, di tengah laut ada kedai kopi 24 jam? Bohong.

"Kau bercanda?" tanyaku sekali lagi. "Penuh lumut, keluar lendir hijau di sela tembok, dan kayu reyot. Kau gila? Itu warung menjijikan yg aku lihat."

"Lbh baik ada warung daripada tdk sama sekali. Bawa kami ke sana, Yopi." Perintah Lya tanpa menatapku.

"Ahoy...! Kapten Lya." tegas Yopi, memberi hormat kpd Lya seperti kapten bajak laut.

Yopi mempercepat laju hiu dan berbelok ke arah kanan.

"Ini tdk terjadi. Ini td terjadi." Aku mencibir penuh kesal.

***

Setibanya di kedai kopi 24 jam. Kami telah berpakaian ala koboi.

"Tunggu dulu, bagaimana pakaian kita bisa di rubah dlm sekejap?" tanyaku.

"Itu bisa terjadi." Jawab Lya tanpa menoleh.

4 BROTHER version CRIME #Wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang