Last Memory Chip: Best Moment

52 8 0
                                    

Dani adalah seorang teman terbaik yang pernah ku miliki sejak kelas 1 SMP. Pemikirannya tentang perjuangan pemuda bangsa Indonesia dan ketertarikannya pada band Jepang. Masih teringat dipikiranku. 

Lawankannya kurang lucu, sungguh. Dia bukan tipe orang comedian.

Suatu hari, aku berada di dalam kelas. Jam menunjukkan pukul 14.00 WIB, bel berbunyi, waktunya pulang. 

Aku dan teman sekelasku sedang membahas tentang ketidaksukaan cara belajar-mengajar guru Fisika. Masa, kami harus menunggu bu. Siti selama dua jam penuh? Toh! Dia lupa, memberi kami tugas tambahan untuk besok. 

"Buruan, tanda tangan. Kalian gitu deh! Kalau protes gak mau tanggung jawab." Lya mengeluh. 

Keluhan kami tertulis di kertas selembar. 

"Kaleum weh! Abdi mah santuy. Sok, siapa yang mau tanda tangan dulu?" ucap Yopi.

Dani lebih dulu tanda tangan, dilanjut yang lain. Aku menunggu, lama banget. Kayak lagi antri sembako aja. Yang penting keluh-kesah kami sudah disampaikan dengan baik pada kesiswaan. Jadi, ga ada yang perlu dikhawatirkan. 

Aku lihat Dani berjalan ke sudut ruangan. 

Tinggal dua orang lagi. Aku langsung baris paling belakang. Saat giliranku tanda tangan.

Byaar...

Tiba-tiba kilauan cahaya membutakan mata sejenak. Teman sekelas termasuk aku langsung menoleh ke belakang. Dani menutup matanya sambil membawa charger hp. 

"Poek. Poek. Poek."

Satu-dua temanku tertawa. 

"Apa yang kamu lakukan, Dani?" tanyaku.

"Lain na ketawa. Bantuan urang ey! Mata aing poek." Ketus Dani. 

Dia masih mengusap wajah. Yopi dan Azmi menghampirinya. 

"Bagaimana bisa terjadi, Dani?" selidik Yopi sambil penggang charger dan hp milik Dani.  

"Lihat, stok kontaknya sampai gosong gitu." Azmi menunjuk. 

Ya, iyalah konslet. Stok kontaknya sudah berkarat, casing juga sudah rusak gitu. Pantas saja ada blizt. Aku kaget. Sumpah, terang banget. Lebih terang dari lampu Philip. Kirain ada yang lagi foto. Atau Dani mau jail padaku atau siapa saja. 

Ternyata, sebuah kecelakaan kecil. Yang berakibat fatal. 

Beruntungnya Dani tidak apa-apa. Cuman dia masih syock karena blizt tadi. 

"Dani... Dani... Dani... Makanya, kamu hati-hati dong!" nasehatku.
"Oke. Lain kali gue bakalan hati-hati."

***************************************************

Akar pohon yang menggantung terdengar berat.

"Dani... Maafkan aku. Maafkan aku... Harusnya aku yang digantung. Bukan kamu." Ucapanku tidak cukup mengurangi dosaku.

Penyesalan abadi. Seumur hidup.

Dani berhenti bergerak.

Sekali larikan napas. Aku berteriak, mengeluarkan semua kesedihanku...

"Cepat bawa temanmu tidak berguna ini ke barisan kalian." Kak. Erpan memerintah.

Aku masih tetap menatap jasad Dani.
Satu-dua orang menggeretku ke barisan, tanpa perlawanan.

"Tanpa penghormatan, balik kanan gerak." Kak. Erpan mengambil alih pimpinan.

Aku masih terpaku pada lamunanku. Tanpa ku sadari ku telah digendong oleh seseorang.

4 BROTHER version CRIME #Wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang