8- Rahasianya

0 0 0
                                    

Sudah hampir sebulan Marsya tak pernah bertemu gerombolan manusia-manusia tampan itu. Tentu saja dia bersyukur karena ogah ditatap tajam seperti itu. Dan hampir sebulan itu pula, Siska sering melapor jika sudah 4 kali mendapati Dean di taman samping dalam keadaan yang sama. Sebenarnya Marsya penasaran, tapi dia takut jadi biarlah saja.

Perihal perasaannya pada Catur, bisa dipastikan sudah 100% hilang. Memang, move on itu mudah selama tak ada memori apapun dengan cowok itu. Masalah tiket konser atau sekadar jalan berdua menuju ruang makan saat di Bali, itu hanyalah hal biasa yang bukan menjadi penghalang.

Hari ini adalah malam minggu alias Sabtu. Marsya menghabiskan malam minggu bersama dirinya sendiri, di kedai kopi kesayangannya. Siska tidak bisa diajak keluar karena Aldi sedang setia menemaninya di akhir pekan. Saat menyesap kopi pesanannya, matanya tak sengaja menangkap dua manusia yang sedang menautkan jari-jarinya satu sama lain. Marsya memicingkan matanya, memastikan apa yang dilihatnya saat ini tidak salah.

"D-dean sama... Ana?!"

Merasa diperhatikan dari jauh, gadis berambut panjang itu menoleh ke arah Marsya berada. Mendadak, wajahnya menjadi pucat dan matanya terbelalak.

Marsya langsung beranjak menghampiri meja dua manusia itu,

"Kalian mesra banget ya,"

Ditariknya kursi kosong yang letaknya di antara Dean dan Ana. Melihat itu, Dean membeku sedangkan Ana tak berhenti merutuki kejadian tak terduga ini.

"Gausah kaget gitu, gue ga akan ngebocorin ini ke siapapun kok." Marsya tersenyum kecil seraya meminum kopinya.

"Lo sendiri?"

"As you can see," Marsya menatap Dean dan An bergantian, "kalian pacaran?"

Hening. Tak ada satupun yang menjawab, suasana semakin tegang.

"Guys?"

"Lo mau apa?" Akhirnya, Dean bersuara.

"Gue mau tau."

"Gaada yang perlu lo tau."

"Jadi, waktu gue ngeliat lo di parkiran.. itu-"

"Sya!" Suara Dean mengeras, membuat beberapa pengunjung menoleh penasaran. Marsya terkejut tapi tetap stay cool, lalu melanjutkan kalimatnya.

"Itu lo pasti lagi sama Ana kan? Btw, kalian lagi ngapain sih ampe Dean segitu berantakannya?" Dean berdiri lalu menarik tangan Marsya kasar dan menyeret gadis itu keluar dari kafe menuju gang sempit di sebelah.

"Eh apaan sih lo?!" Marsya memberontak, tapi tenaganya jelas kalah. Dean terus berjalan menyusuri gang hingga tak terlihat ada jalan lagi.

Melihat itu, Marsya ketakutan dan ingin menangis sekarang juga. Bayangkan, gang sempit, lembab dan sepi ditambah raut wajah Dean yang menakutkan. Bisa Marsya dengar deru nafas Dean yang memburu.

Dean mendorong Marsya ke sudut tembok yang menyebabkan gadis itu mengaduh kesakitan. Ia mendekatkan wajahnya ke wajah Marsya.

"Lo ngapain sih bego!" Marsya melotot

"Lo mau apa?" Tanya Dean tak menggubris pertanyaan Marsya.

"Gue cuma nanya, kenapa emosi lo lebay banget?!"

"Lo udah keterlaluan!" Seru Dean frustasi

"Keterlaluan dari segi mana?!!" Seru Marsya tak kalah frustasi. Ia masih tak mengerti dimana salahnya.

Dean menatap mata Marsya lama, kemudian mengalihkan pandangannnya dan meninju tembok di sebelah Marsya. Sedangkan Marsya mengelus dadanya dan menenangkan dirinya. Bisa ia lihat Dean sedang menyandarkan dahinya di tembok sambil terisak.

"Lo kenapa sih?" Marsya bersuara. Dean tak berniat menjawab pertanyaan gadis cantik di sebelahnya.

"Lo gausah nangis gitu. Gue tau kok, lo punya hubungan sama Ana. Tapi sumpah deh gue tuh gapunya niat buat nyebarin ini semua!"

"Bukan itu masalahnya!!!" Bentak Dean yang berhasil membuat Marsya berjingkat.

"Ya terus???!!!" Lama-lama Marsya bisa gila menghadapi cowok itu.

"Gue cape Sya, cape banget. Gue cape harus nahan perasaan gue tiap ngeliat Ana sok romantis sama Catur. Gue cape harus sembunyi kaya gini." Suara Dean melemah, lalu terduduk masih dengan isakannya

"Kenapa ga jujur aja?" Marsya ikutan duduk dihadapan Dean. Cowok itu menatap Marsya dengan tatapan meyedihkan.

"Ada sesuatu yang lo gak perlu tau. Tapi yang jelas, ini bukan waktu yang tepat buat expose semuanya." Marsya cuma bisa ngangguk-ngangguk, gak ingin tahu juga.

"Gue cuma penasaran, lo di taman samping itu sama Ana kan? Ngapain?" Dean menatap Marsya lekat-lekat.

"Kita.. biasalah, lo jangan sok polos." Dean bangkit, lalu berjalan meninggalkan Marsya yang masih cengo atas penuturan yang barusan ia dengar.

"Maksud lo, kalian ciuman disana??" Marsya ikutan bangkit lalu mengejar dan menuntut banyak pertanyaan pada Dean.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 20, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The TruthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang