46. Kabut Asap

33K 1.9K 105
                                    

Kirana datang bersama Satya dan Dinan. Kirana menyuruh Dinan untuk meletakkan parsel buah yang sudah mereka beli di minimarket dekat sekolahnya. Kirana menghampiri sahabatnya yang tampak terduduk di ranjang putih rumah sakit menghadap kearah jendela.

"Res?"

Resha diam. Masih sibuk dengan aktifitas yang sering ia lakukan belakangan ini. Melamun.

Kirana menghela nafasnya. Benar kata Nantha, Resha jadi jarang berbicara kepada orang lain.

"Dor!" Dinan mengagetkan Resha dari bawah kasur.

Bukannya kaget atau tersadar, Resha masih tetap melamun. Seakan tidak ada yang dapat mengusiknya untuk saat ini.

Satya menggelengkan kepalanya gemas. Ia menggerakkan bahu Resha dengan keras. Berharap temannya itu akan tersadar dari lamunannya.

"Ini bocah kerasukan kali," ujar Dinan tak ragu.

Dengan cepat pukulan Kirana melayang tepat diatas kepala lelaki dengan hoodie pink itu. "Otak sama hoodie, sama-sama lembek banget"

"Monyong!" ucap Dinan tak terima.

"Loh kalian sejak kapan disini?" ujar Resha tiba-tiba saat sadar dari lamunannya.

"Baru Res baru..." ujar Dinan dengan maksud menyindir gadis dengan perban kecil di keningnya.

"Oh baru," Resha mengangguk-anggukan kepalanya paham.

"Ini dia pas kecelakaan kepalanya kejedot trotoar kali," bisik Dinan kepada Satya yang tengah memakan pisang yang seharusnya untuk Resha.

"Iye kali," ucap Satya melempar kulit pisang tepat di wajah Dinan.

"Si bangsat! Nama sama sikap, sama-sama bangsat," teriaknya hendak melempar sepatu kepada Satya.

"Udah Nan udah," larang Kirana.

Dinan mengurungkan niatnya. Meletakkan sepatunya kembali dibawah. Lalu tak lama ia melepas kaus kaki yang sudah hampir seminggu dirinya gunakan untuk sekolah.

"Monyet! Bau banget sumpah. Kaki apa jamban si ah," teriak Satya melempar kembali kaus kaki bau kepada pemiliknya.

"Mampus. Makan tuh kaos kaki yang gue pake seminggu," Dinan tertawa kencang.

Tiba-tiba pintu kamar rawat terbuka. Menampilkan wanita dengan pakaian putih dan topi khas dikepalanya.

"Maaf mas, mohon jangan berisik ya."

Dinan yang masih asik tertawa tidak mendengar ucapan lembut dari wanita yang diketahui adalah suster.

"Heh anak kobra!" Satya menjabak kencang rambut Dinan.

Tawa Dinan berhenti sesaat. Ia menoleh kearah pintu dan melihat wanita yang tengah berdiri disana. Tak lama kemudian, tawanya pecah kembali.

"Ini orang kesurupan setan rumah sakit kali, Ran. Ajak Resha ketaman belakang aja sana, Ran," suruh Satya kepada pacarnya itu.

"Iya," Kirana pun membopong Resha untuk duduk di kursi roda. Setelah memastikan posisi Resha sudah cukup baik diatas kursi roda, Kirana langsung mendorongnya keluar dari kamar rawat itu.

***

"Besok lo udah bisa masuk? Yakin ga apa-apa?" tanya.

"Ga apa-apa. Santai," ujar Resha mengangguk lalu memerhatikan dua anak kecil yang tengah bermain kejar-kejaran di tengah taman.

"Res?"

"Hah?"

"Lo udah tau, kalo Raffa k–" ucapannya terpotong saat Dinan mengagetkan Kirana.

REGALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang