51. Pergi

29K 1.7K 286
                                    

Mobil putih dengan dua remaja didalamnya itu pun akhirnya berhenti setelah bermacet-macetan bersama kendaraan lainnya. Lelaki dengan kaus berwarna hitam bergaris putih itu pun memberikan paperbag kecil kepada gadis disampingnya.

Dengan bingung Resha menerima paperbag kecil dari tangan Dinan. "Apaan ini?" tanyanya sedikit bingung.

"Jam tangan. Seminggu lagi, ulang tahun lo kan? Itu kado dari gue," ujar Dinan dengan entengnya.

Jika orang lain akan merahasiakan kado yang akan diberi kepada seseorang, lain halnya dengan lelaki yang satu ini. Ntah apapun barangnya, kapanpun ia memberi, apa maksud dari tujuannya memberipun selalu ia katakan tanpa berat hati. Itu yang membuat Resha senang berteman dengan lelaki ini.

Resha manggut-manggut sejenak. "Masih seminggu lagi padahal," ucapnya sambil mengeluarkan isi dari papperbag tersebut.

"Ya enggak apa-apa. Beberapa hari yang lalu, gue liat itu pas nganter nyokap. Gue pikir kayaknya jam tangan lo udah butut, jadi gue beliin aja itu buat kado ulang tahun lo. Harganya juga gak terlalu mahal lagi, lumayan banget kan."

Resha membuka kotak berwarna biru dongker yang bertuliskan Guess ditutupnya. Matanya terbelalak saat melihat jam tangan berwarna navy blue tersebut. Sangat bagus. Ia menoleh melihat lelaki yang terus mengembangkan senyumnya itu.

"Pake," suruh Dinan.

Resha mengangguk cepat lalu mengenakan jam tangan itu di pergelangan tangannya. "Bagus banget, heu."

"Iya dong, pilihan Dinan gitu loh."

"Nan..."

"Hm?"

"Jujur sama gue, mau?" tanya Resha tiba-tiba.

Jantung Dinan berdegup kencang seketika. "Hm?"

"Lo sempet—" belum selesai Resha berucap, tiba-tiba ponsel Dinan berbunyi seperti memaksa gadis itu untuk diam.

Dinan melihat nama penelepon yang tertera diponselnya itu. Matanya tertuju kembali kepada gadis disampingnya. "Lanjut aja," suruh Dinan setelah ponselnya berhenti berbunyi akibat ia menggeser ikon merah pada layarnya.

"Eh? Kok gak diangkat?" bingung Resha.

"Gak penting,"

Pias wajah Dinan berubah masam sekarang. Dari pada lelaki itu menjadi hilang mood, lebih baik Resha mengurungkan niatnya untuk berbicara.

Tiba-tiba ponsel Dinan berdenting, menandakan ada satu pesan masuk. Dinan melihat ponselnya untuk membaca pesan yang masuk itu.

Affar:
Kafe deket kampus lo, please.

Kening Dinan berkerut. Ia butuh penjelasan lebih dari satu gelembung pesan singkat ini. Setelah membaca pun, Dinan meletakkan ponselnya kembali di saku celananya.

"Kenapa? Penting? Ya udah gue turun ya," ujar Resha.

"Sorry," ucap Dinan tiba-tiba.

"Gak apa-apa. Makasih dua hari yang buat gue jadi nitip absen," ucap Resha sambil menampilkan deretan gigi putihnya dan hendak membuka pintu.

"Kan lo yang minta," ujar Dinan tak mau kalah.

"Iya sih, ya udah. Bye! Hati-hati, jangan meleng nyetirnya," ujar Resha sebelum keluar dari mobil dan menutup pintunya kembali.

***

"Jadi, apa lagi?" tanya Dinan to the point.

Lelaki dengan kruk disampingnya itu pun menoleh. "Duduk dulu."

REGALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang