|16♥|. ALIVE (2/2)

8K 382 7
                                    


Lee Taeyong sangat nyaman dengan hidupnya yang bergelimangan harta. Baginya uang adalah sumber kebahagiaan. Karena kaya raya memang sudah menjadi life style-nya. Mendarah daging di dalam tubuh serta syaraf otaknya.

Sesuai kodrat yang sudah ditentukan___ manusia tidak akan pernah merasakan puas. Selalu merasa kurang dan kurang. Ya, seperti itulah Taeyong kurang lebih. Semakin kaya dirinya, semakin besar juga keinginannya untuk menjadi lebih kaya lagi. Oleh karena itu, Taeyong akan melakukan apa saja demi menambah jumlah harta benda. Contohnya meminjamkan sejumlah uang kepada orang yang membutuhkan, kemudian menuai untung dari setiap persen bunganya.

Biar begitu Taeyong tidak mau dijuluki 'lintah darat', karena baginya itu sebagian dari bisnis. Banyak yang menganggap dirinya dan ayahnya sama-sama serakah dan ambisius. Tapi bagi Taeyong, ayahnya jauh lebih serakah dan tidak kenal batasan. Terlebih ayah Taeyong tak seloyal Taeyong ketika sedang jatuh cinta maupun tidak.

"Bagaimana menurutmu? Luar biasa bukan?"

Taeyong bertanya pada Jisoo yang baru saja membuka pintu dan memandang takjub kearah mural berukuran besar yang ada di dinding ruang kerjanya. Taeyong sendiri tampak sangat bangga ketika menunjukkan mural bergambar Jisoo tersebut.

"Sejak kapan?"cicit Jisoo ditengah ketakjubannya.

"Sebenarnya ini hadiah dari klien, dia pandai melukis. Jadi aku memintanya melukis dirimu, dan ternyata hasilnya sangat luar biasa"ucap Taeyong begitu antusias.

Jisoo hanya menanggapi dengan senyuman simpul. Walau ada getaran aneh yang menyelinap dalam hatinya akibat perlakuan Taeyong. Pria itu teramat pandai membuat seorang gadis merasa istimewa.

"Bisakah dia melukis di kamar apartemenku juga? Aku sudah bosan dengan warna gading"canda Jisoo. Gadis ini dengan luwes menarik kursi Taeyong kemudian mendudukinya.

Setelah adegan berciuman di acara makan malam perusahaan, Jisoo merasa semakin nyaman dengan Taeyong. Hanya saja hatinya masih menolak keras jika di tuduh memiliki perasaan spesial. Ia masih ingat visi-misinya masuk L e e Group.

Taeyong melepaskan jas hitamnya lalu berjalan memutar dan berakhir dengan berdiri di hadapan Jisoo. Karena posisi Jisoo sedang duduk, maka Taeyong harus menunduk ketika menatapnya.

"Aku baru saja membeli rumah yang dulu pernah ku tempati bersama orangtuaku selama 1 tahun lebih. Dulu ayah menjualnya karena aku pindah ke luar negeri"

"Rumah?"ulang Jisoo. Entah kenapa ia tiba-tiba teringat pada rumah tempatnya menghabiskan masa kecil dulu.

"Ya, letaknya di Cheodamdong. Rumah lama tapi masih bagus. Entahlah, aku membelinya karena berpikir kau akan menyukainya dan mau menempatinya"

"Aku sering berkunjung kesana, ngomong-ngomong berapa nomor rumahnya?"

"Blok H, 3015"

Deg~

Jantung Jisoo berhenti berdetak untuk beberapa detik. Ya, itu rumah yang dulu ia tempati bersama kedua orangtuanya. Saksi bisu bagaimana sebuah keluarga bahagia di hancurkan. Tempat bernaung almarhum ayahnya hingga detik menutup mata.

"Aku tau kau sudah bosan dengan apartemen kecilmu, lagipula apartemenmu itu punya banyak peraturan. Aku tidak bisa bebas berkunjung"

Jisoo menatap kunci rumah yang baru saja diletakkan Taeyong diatas telapak tangannya. Kunci dengan gantungan boneka pikachu itu menyimpan banyak kenangan untuk Jisoo.

"Aku akan mengantarmu kesana sepulang bekerja nanti"

Jisoo menyunggingkan senyum tipis."Jangan terlalu sering berangkat dan pulang bersama, kau tidak dengar desas-desus yang beredar di kalangan karyawan?"

• TRACK •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang