1. ZINA?

16.7K 679 29
                                    

Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.
[QS.Al-Isra'/17:32]

Matahari mulai menampakkan sinarnya, memberikan kehangatan pada bumi. Aroma pagi yang sangat menenangkan, membuat siapa saja ceria menyambutnya.
Begitupun dengan Afifa Nahda Rafanda, gadis ceria yang kini sudah menginjak kelas 2 SMA. Dia bersekolah di SMA Bangsa, sekolah yang cukup elit. Butuh perjuangan, kerja keras, serta doa, sampai akhirnya dia diterima di sekolah ini.
Afifa sudah melewati masa kelas 1 nya dengan nilai yang baik, dan masuk ke dalam 10 besar.

Setelah libur panjang akhir semester, kini saatnya Afifa kembali lagi bersekolah.

Afifa keluar dari kamarnya, dengan seragam yang sudah tertata rapi di tubuhnya, ditambah hijab syari yang terbalut indah di kepalanya.

Tiba-tiba ada yang merangkulnya, sehingga membuat Afifa sedikit memiringkan kepalanya. Matanya dapat menangkap sosok laki-laki tinggi, yang wajahnya biasa saja, tapi hobinya selalu mengaku ganteng. Siapalagi kalau bukan Arvino Nazril Rashaad, Kakak laki-lakinya.

"Cie yang udah kelas dua." Mencolek pipi Afifa.

"Biasa aja," jawab Afifa malas.

"Dih, gak abang anterin baru tau rasa." Ancam Arvino.

"Serah!" ucap Afifa, sambil melepaskan rangkulan tangan Arvino.

"Untung adek, kalo bukan udah gue karungin tu bocah," gerutu Arvino.

Afifa tidak menghiraukan Arvino, dia berjalan cepat ke ruang makan, karena perutnya sudah meronta-ronta. Dari pada dia makan Arvino hidup-hidup, lebih baik dia makan masakan Umi nya.

***

Tidak butuh waktu lama untuk mengantar Afifa ke sekolah.

Afifa turun dari jok belakang motor matic Arvino, dia melepaskan helm dan memberikannya kepada Arvino. Arvino mengambil helm dari tangan Afifa.

"Dek, noh pangeran udah nungguin," ledek Arvino. Matanya mengarah ke seorang pria yang sudah beruban, yang sedang duduk menjaga pintu gerbang.
Afifa mengikuti arah mata Arvino, lalu dia menggeplak helm yang terpasang di kepala abangnya itu.

"Itu Pak Kasim!" tegas Afifa.

"Siapa yang nanya, Neng?"

"Abang ngeselin!" pekik Afifa, sambil memukul lengan Arvino.

Arvino tertawa geli melihat tingkah adiknya yang seperti ini. Dia paling hobi mengerjai Afifa, bahkan sampai Afifa menangis histeris, sampai pucat.

Dia teringat kejadian saat Afifa berusia 7 tahun.
Saat itu Afifa merengek-rengek mau masuk rumah hantu. Siapa suruh mengajak Arvino yang lagi tidak mood. Dia meninggalkan Afifa di dalam rumah hantu, dan apa yang terjadi. Afifa menangis sangat keras, sampai Arvino dimarahi oleh Abi nya.
Lebih paranya lagi, pocongnya malah menggendong Afifa, membawanya keluar dari rumah hantu itu. Sampai Afifa menangis makin keras, dan meronta-ronta, sampai pucat karena digendong pocong.

"Dih malah ketawa." Afifa meraih tangan Arvino, dan mencium punggung tangannya. "Assalamualaikum," ucap Afifa. Lalu berjalan menuju pintu gerbang.

"Waalaikumsalam," jawab Arvino.
Arvino melajukan motornya menuju kampus. Dia adalah seorang mahasiswa yang masih jomblo.

Afifa berjalan menyusuri koridor, dia mencari-cari kelasnya. Sampai akhirnya dia menemukan tulisan XI Ips 2, yang terjuntai di samping pintu.
Afifa berlari kegirangan, karena mendapati Alya sudah ada di dalam kelas.

"Alya," teriaknya. Afifa langsung memeluk tubuh gadis putih, tinggi, dan berhijab syari itu.
"Kangen tau," sambil melepaskan pelukannya.

"Iya gue juga kangen," sahut Alya.
"Oh iya, lo bener-bener udah putus kan dari Kak, Bara? ... Awas aja kalo lo diem-diem pacaran lagi," sambungnya

CHANGE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang