Kita tidak tau apa yang telah direncanakan-NYA. Kadang kita tidak menyukainya, tapi ketahuilah skenario Allah itu indah.
"Jadi gini ... Kamu akan menikah sebentar lagi," ucap Ahmad.
Afifa melotot meminta penjelasan, tidak ada angin tidak ada hujan, kenapa tiba-tiba dia disuruh menikah.
"Temen Abi sakit, dia ingin melihat anak satu-satunya menikah."
"Mi," lirih Afifa. Berharap Fatimah tidak menyetujui hal ini.
Fatimah meraih kepala Afifa yang tertutup hijab itu. Dia mengelusnya beberapa saat sambil tersenyum lembut ke arah Afifa.
"Kuliah Afifa juga belum selesai." Raut wajah Afifa berubah sendu.
"Kamu kan bisa sambil kuliah Dek, Abi harap kamu nurut," pinta Ahmad.
Afifa membanting tubuhnya ke atas kasur. Dia meratapi nasibnya sekarang. Ingin sekali dia cerita tapi Arvino sudah menikah dan tidak tinggal di sini.
Afifa tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Dia meregangkan ototnya untuk beberapa saat. Terlihat sembab di matanya, mungkin dia semalam kelelahan menangis sampai akhirnya tertidur. Afifa beranjak untuk mengambil air wudhu. Afifa menggelar sajadahnya. Tengah malam terasa sunyi. Afifa sholat dengan khusu'.
Afifa bersimpuh berdoa. "Ya Allah, jika ini memang sudah rencana-Mu, hamba ikhlas menerimanya, bantulah hamba agar tidak ragu dalam hal ini ya Allah, berikanlah ketenangan dalam hati hamba ... Hamba mohon jika dia benar jodoh hamba, semoga dia membantu hamba untuk semakin dekat dengan-Mu, Amiin." Untaian doa Afifa disaat orang lain tengah tertidur lelap. Air matanya mengalir lembut di kedua pipinya.
***
Di ruang makan tampak hening untuk beberapa saat.
"Bi ... Afifa akan nurut sama permintaan Abi," ucap Afifa.
"Kamu mau, Dek?" tanya Ahmad tidak percaya.
"Iya Bi." Afifa berdiri dari kursinya. "Afifa berangkat dulu, Assalamualaikum." Afifa mencium punggung tangan Fatimah dan beralih ke tangan Ahmad.
"Waalaikumsalam," jawab Fatimah dan Ahmad.
Waktu magang Afifa di kantor tinggal 1 bulan lagi.
Afifa berjalan gontai di koridor. Pikirannya melayang entah kemana. "Menikah?" lirihnya. Afifa terus memikirkan hal itu. Dia sama sekali tidak tau siapa calon suaminya, dan tiba-tiba di suruh menikah.
"Eh, hampir aja nabrak," ucap laki-laki sambil menghentikan langkahnya.
Lamunan Afifa buyar. Dia dapat melihat laki-laki di depannya.
"Maaf Ben."
"Lo kenapa, Fa? Lemes banget," tanya Beben.
"Gapapa kok, kamu mau kemana?" tanya Afifa mengalihkan.
"Ini disuruh potokopi," sambil menaikkan sedikit tangan kanannya yang sedang memegang beberapa lembar kertas. "Gue duluan." Beben melanjutkan langkahnya.
"Fa, ayo dong fokus!" suruhnya sendiri.
***
"Cie yang mau nikah sama orang luar negeri," ledek Arvino.
Afifa dapat melihat separuh tubuh Arvino dari pintu. "Orang luar negeri?" tanya Afifa heran.
Tapi Arvino sudah tidak tampak di sana. Afifa berdecak sebal.
"Masa iya Abang-abang dari Arab yang mau nikah sama Afifa," gumamnya.
Fatimah berjalan masuk ke kamar Afifa.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHANGE [END]
SpiritualBelum direvisi. Rank #5 in Hidayah (10-04-2019) Rank #8 in Istiqomah (27-02-2019) Seorang gadis bernama Afifa Nahda Rafanda, yang bersekolah di SMA Bangsa, sekolah yang cukup elit. Dia baru beberapa bulan yang lalu putus dari kakak kelasnya, yang ke...