18. Ar-Rahman

5K 457 13
                                    

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan.
[Q.S Ar-Rahman]

Afifa mulai melantunkan ayat demi ayat. Matanya sengaja ia pejamkan agar bisa lebih fokus.

Di deretan depan, tempat duduk para tamu. Dhafin spontan mengikuti setiap ayat yang dibacakan Afifa dengan suara pelan. Dhafin menyandarkan tubuhnya di kursi sambil memejamkan matanya.

Setelah selesai Afifa mengucapkan salam lalu berjalan keluar pentas.

"Masya Allah, suara Adek Afifa merdu banget," puji Fabio.

"Nah kalo mau cari istri tu yang kayak begitu," ucap Papa Raka.

"Itu mah udah punya Dhafin, Pa," sahut Raka.

Dhafin membuka matanya saat mendengar ucapan Raka. "Kenapa jadi punya gue? Emang gue Bapaknya?" tanya Dhafin.

"Iya-iya lo Bapaknya," kesal Raka.

"Oh iya Om, minggu depan dateng ke rumah Dhafin, ya," ucap Dhafin sambil melihat ke dua bapak-bapak yang duduk di samping Raka dan di samping Fabio secara bergantian.

"Anaknya gak diajak ni," sindir Fabio.

"Kalian gak diajak juga bakal dateng sendiri," jawab Dhafin datar.

Acara perpisahan telah selesai. Tapi Dhafin, Raka, dan Fabio belum pulang. Mereka terlebih dahulu ke kantin Mbak Siti. Di sana ramai adik-adik kelas mereka yang tadinya tengah makan, kini perhatian mereka tertuju pada Dhafin yang mengenakan jas hitam yang rapi, keren, dan menambah kadar ketampanan Dhafin, sehingga mengundang teriakan-teriakan kagum dari mahluk-mahluk yang ada di kantin.

"Hari terakhir ketemu Mbak Siti, ni," ucap Fabio yang sudah duduk di kursi.

"Emang lo mau mati?" tanya Raka.

"Bukan gitu!" tegas Fabio sambil menggeplak kepala Raka.

"Maksudnya, kitakan udah gak sekolah lagi di sini." Fabio memutar bola matanya melihat keadaan sekitar. "Susah ya jadi orang ganteng diliatin mulu," ucap Fabio dengan nada nyaring.

"Mereka bukan liatin lo, tapi liatin Dhafin," sahut Raka.

"Yaelah, dari pada liatin Dhafin, tapi dikacangin, mending kalian liat gue aja," ucap Fabio percaya diri.

"Huuuuu," sorak seisi kantin.

Ada 2 gadis dari meja yang jaraknya tidak terlalu jauh berjalan ke arah meja Dhafin.

"Kak, ini sebagai bentuk tanda cinta kita sama Kakak, terima ya," ucap salah satunya sambil menyerahkan sebuah kado ke arah Dhafin. Tapi tidak ada tanda-tanda pergerakan dari tubuh Dhafin.

"Fin, lo diajak ngomong tu," teriak Fabio.

"Iya gue terima ... Lebih baik kejar cintanya Allah, jangan mengejar cinta manusia," ucap Dhafin tanpa melihat ke dua gadis yang tengah berdiri di hadapannya. Dia mengambil kado itu. "Makasih," ucapnya.

"I ... Iya sama-sama Kak," jawab gadis itu terbata-bata. Kedua gadis itu langsung pergi dari hadapan Dhafin, mereka tidak lagi kembali ke mejanya, melainkan keluar dari area kantin.

Mbak Siti berjalan membawa 3 mangkuk bakso ke arah meja pojok.

"Makasih Mbak Siti," ucap Fabio tanpa menoleh. Dia harus belajar menahan godaan ini kalau tidak, bisa-bisa Dhafin akan ceramah, walaupun ucapan Dhafin tidak panjang lebar, tapi nancep banget di hati.

"Sama-sama, esnya nanti nyusul, ya." Mbak Siti berjalan meninggalakan meja pojok itu.

Raka dengan sengaja memasukkan banyak saos di dalam mangkuk bakso Fabio.

CHANGE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang