3. Fabio Syantik

6.3K 515 11
                                    

Senyum mu menyisakan ketenangan pada hati ini.
~

Berbeda dengan kemarin, kali ini Dhafin tidak lagi terlambat. Bagaimana tidak, Fabio menari-nari, meloncat-loncat di atas kasur, sambil menyanyikan lagu syantik versi sumbang, yang membuat telinganya terasa sakit. Suara manusia itu menggelegar di dalam kamar, mungkin sampai ke luar, meskipun rumah Dhafin sangat besar.

Habis sudah dapur Dhafin, yang tadinya rapi kini seperti kapal pecah. Suara jatuhan sendok dan segala macamnya terdengar bersahut-sahutan. Tapi Dhafin dan Raka membiarkan saja bunyi gaduh yang terdengar dari dapur, karena ini hukuman untuk Fabio yang sudah kalah main game semalam.

Dhafin kali ini sarapan dengan kedua sahabatnya, menu sarapannya adalah nasi goreng ala Fabio.

"Yo aman gak, ni? ntar malah kejang-kejang lagi," tanya Raka yang melihat nasi goreng di depannya.

"Ini nasi goreng terenak di dunia, ala Chef Fabio," ucapnya bangga, matanya penuh binar, saat melihat nasi goreng buatannya.

Raka perlahan menyuap nasi gorengnya. Sesaat Raka terdiam.
"Alhamdulillah gue masih hidup," ucap Raka lega.

"Gue bilang juga apa, kalian sih ngeraguin gue mulu," sambil menyuapkan nasi ke mulutnya.

Dhafin melirik ke dua sahabatnya, yang sudah seperti orang sebulan tidak makan. Dia masih menatap nasi gorengnya, masih tidak yakin apakah ini aman untuk lambungnya.
Perlahan Dhafin mendekatkan sendoknya, dia menyuap nasi goreng buatan Fabio.

"Lo belajar masak di mana, Yo?" tanya Raka.

"Gue kan sering liatin emak gue masak."

"Hebat lo Yo, ngalahin cewek sekarang ... Berarti ntar kalo lo udah nikah, yang masak elo, istri lo nyantai aja," ucap Raka disertai tawa.

"Gue karungin kalo bini gue kayak gitu," jawab Fabio penuh penekanan.

Raka semakin tertawa mendengar jawaban Fabio.
"Sades banget bang."

Dhafin menyudahi makannya, tidak tersisa sedikitpun nasi di dalam piringnya. Dia meminum air putih yang ada di atas meja.

"Gue mandi duluan," ucap Dhafin, lalu beranjak dari kursinya.

Fabio melongo melihat nasi gorengnya, tidak tersisa sedikitpun di piring Dhafin.

"Wuh ... masakan Bi Imah kalah sama masakan gue," teriak Fabio penuh semangat, sambil mengguncang-guncang tubuh Raka.

Raka hanya pasrah saat tubuhnya menjadi korban dari guncangan Fabio. Raka geleng-geleng kepala melihat kelakuan Fabio yang tidak pernah diam, tapi sifat Fabio inilah yang selalu menghibur mereka. Susah senang raut wajah manusia itu sama saja, tidak ada bedanya.

***

Dhafin mendudukan tubuhnya di sebelah Raka, kali ini dia datang ke sekolah tidak terlambat, bahkan ini bisa dibilang perdana dia datang sedikit lebih awal. Ada gunanya juga dia memiliki sahabat yang tingkat kewarasannya hanya kadang-kadang.

Bel istirahat berbunyi.
Manusia-manusia yang kelaparan segera menuju kantin Mbak Siti, untuk mengisi perut mereka yang sudah meronta-ronta.

"Yo pesen gih," suruh Raka.

"Apaan, kok jadi gue mulu sih yang disuruh?" protes Fabio.

"Lo ganteng deh," bujuk Raka.

"Emang!" jawab Fabio bangga, lalu beranjak dari duduknya.
Saat Fabio hendak melangkah, dia langsung mengurungkan niatnya dan kembali duduk.
"Fin, Tifani tu." Fabio menggoyangkan tubuh Dhafin dengan sebelah tangannya.

CHANGE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang