Anggap saja aku adalah sebatang kayu kering
Tunggal, mati, dan kau benci.
Kau perempuan sedang duduk di sofa
memakai kaus kaki bergambar kartun kesayanganmuSecangkir coklat panas ternyata tidak menyelamatkanmu dari musim dingin
Kau beranjak menuju ruang perapian
Menyimpanku di tungku tanpa lembut seperti dahuluKini aku kau tatap setengah ragu
Secercah harap tapi pudar tetap dibakar saat itu jugaKau tersenyum perlahan merasa menang melawan dingin
Juga melawan masa lalu
Tanpa tahu kini aku tersisa jelaga dalam abu
yang diam-diam merasuki rongga di seluruh tubuhmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terus Terang
PoetrySetiap kata adalah perang melawan diri sendiri. Hal yang paling jujur. Terkadang tidak kita inginkan, tapi itu adalah diri kita yang sebenarnya.