"Duduk, mas." kataku setibanya kamu di hadapanku.
"Aku tidak punya banyak waktu sekarang," katamu.
Raut wajahku berubah sedih, "sebentar saja mas, luka-luka ini perlu tahu siapa tuannya." mohonku padamu.
Kamupun terduduk, "sekarang apa lagi?"
"Mas, kalau berenang melawan arus itu pasti melelahkan ya."
"Sekarang apa lagi?" katamu yang mulai menekankan setiap kata yang terucap dari mulutmu.
"Aku lelah mas, aku capai." keluhku.
"Istirahatlah, napas sejenak. Semua butuh jeda."
"Aku sudah melakukan semuanya mas, tapi tetap saja tak kunjung membaik." kataku sambil menahan tangisku.
"Barangkali ada yang terlewat, sebentar." kamu berpikir sejenak, "kamu hanya perlu tersadar bahwa semua hal terkadang tak bisa sejalan dengan harapmu. Turunkan sedikit ekspektasimu untuk melindungi diri kamu sendiri."
Aku mulai menangis, kamu masih tetap pada posisimu. Wajahmu tak berekspresi, matamu tak menyiratkan apapun semua berbanding terbalik denganku.
"Mas...." panggilku ketika kamu mulai beranjak dari kursimu.
Kamu berhenti. Menatapku.
"Sebentar saja......" pintaku.
Dan kamu berjalan, berjalan semakin jauh. Menjauh dan meninggalkanku sendiri.
Tangisku semakin deras.
"Mas.... Sebentar saja." kataku dalam hati berharap kamu mau berbalik dan duduk di hadapanku lagi.
Note:
Cerita selengkapnya baca di works aku, judulnya 'MAS.' terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Konspirasi Duka
PoetryAku si perindu yang gagu Yang ku terjemahkan lewat kata-kata belagu. "Terima kasih untuk kenangan, 'kan ku coba tuliskan tanpa angan, hanya untuk dikenang saja."