05 (part 1)

692 76 12
                                    

Sesampainya di kediaman Tae dan Tee, Copter meminta kepada supir taxi untuk menunggu sebentar selagi ia memgantarkan kakak beradik itu sampai depan pintu.

Namun ketika sampai didepan pintu, Tae nampak bingung karena lampu rumahnya terlihat menyala terang di pukul 10 malam. Karena dua hari sudah mereka tidak pulang kerumah.

"Ai'Tee, siapa yang menyalakan lampu rumah?" tanyanya Tae.

"Tee tidak tahu, phi. Kita pergi saat siang hari pukul 11.35 dan kita tidak kembali kerumah selama 2 hari." Ucap Tee menjawabnya.

"Ayah?" Tae menebak dengan lirih.

"Yasudah, kalau begitu aku pamit dulu. Jaga adikmu baik-baik, phi." Pamitnya Copter.

"Um. Terima kasih ya sekali lagi." Ujar Tae yang kembali berterima kasih atas jasa Copter.

"Sama-sama, phi." Jawab Copter, "Ai'Tee. Jaga kakakmu baik-baik, ya?" sambungnya berujar kepada Tee pula.

"Iya." Jawab Tee.

"Selamat malam." Ucap salamnya Copter.

"Selamat malam." Jawab Tae dan disusul Tee pula.

Copter pun pergi dari sana meninggalkan kakak beradik itu, lalu ia masuk kedalam taxi dan pergi dari pelataran kediaman Tae.

Kakak beradik itu pun masuk dan yang membuat Tae heran adalah pintunya tidak terkunci. Pintu kembali tertutup saat mereka sudah berada didalam rumah mereka, dan setelah itu mereka hendak menuju kamar mereka namun mereka di buat terkejut saat melihat duduk diatas sandaran sofa sembari melipat tangannya.

"Ayah?" Ucap Tae saat melihat ayahnya.

Berbeda dari kakaknya, Tee terlihat sedikit takut sampai-sampai menundukam pandamgannya dan sedikit bersembunyi dibelakang punggung kakaknya itu

"Kenapa kamu baru pulang? Kemana saja kamu?" tanyanya sang ayah yang entah di tunjukan kepada siapa.

"Uhmm ..." Tae berdengung bingung pastinya, "Tae menginap dirumah teman Tae bersama Tee juga, ayah." Sambungnya menjelaskan.

"Lalu, berita apa yang ayah lihat kemarin malam?" Tanyanya sang ayah yang langsung berterus terang dan membuat Tae bingung untuk mencari alasan lainnya.
"Seorang pemuda berkelahi di mall dan hampir saja membuat seseorang kehilangan nyawanya." Sambungnya yang berhenti karena berjalan beberapa mendekati putranya itu.

"Kenapa kamu bisa ada didalam berita itu?!!" Sang ayah mulai berbicara keras.

Tetapi Tae diam saja karena ia juga tidak berani untuk memberitahu yang sebenarnya, karena ia tidak ingin di campuri oleh ayahnya.

"Pasti gara-gara dia kan?" Sang ayah membentak keras.

Langsung saja ayahnya itu bermain tangan kepada Tee, ia berusaha untuk memampar Tee tetapi Tae menghalanginya—Tee berteriak ketakutan dan terus bersembunyi di belakang Tee—dan pukulan itu disertai kata-kata yang tidak lazim

"Kau itu selalu menyusahkan kakakmu. Kau memang benar-benar kurang ajar, tidak tahu balas budi, kau selalu saja menyengsarakan kakakmu, kau tidak punya otak, idiot, bodoh, pembawa sial."

"Ayah!!!" Teriak Tae dengan cukup keras, karena ia sudah mencoba dengan lelah meleraikan kejadian tersebut tetapi tidak di dengarkan oleh ayahnya.

Tentu saja ayahnya tidak berhenti begitu saja, ia berhasil meraih lengan baju Tee dan langsung menyeretnya sedikit jauh dari Tae. Ia kembali memukuli Tee hingga terjatu, dan disaat terjatuh itu ia masih sempat untuk menemdamg pemuda malang itu.

"Dasar anak bodoh, selalu saja menyusahkan keluarga. Lebih baik kau mati saja sana." Ucap sang ayah yang masih terus mencaci maki pemuda malang tersebut.

Ma babyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang