09

564 55 3
                                    

Sementara itu Tae duduk seharian di dalam kamar didalam kamar Bas, menunggu Bas pulang dan untuk mengajak Bas pergi mencari kakaknya itu. Tee merasa bosan menunggu kedatangan Bas, sehingga ia berjalan menuju lemari kaca dan bercermin sejenak disana. Lalu sekilas bayangan menyeramkan beberapa waktu itu kembali menghantui Tee, dimana ayahnya selalu menghinanya berkali-kali

"Kenapa kamu bisa ada didalam berita itu?!!" Sang ayah mulai berbicara keras.

"Pasti gara-gara dia kan?" Sang ayah membentak keras.

"Kau itu selalu menyusahkan kakakmu. Kau memang benar-benar kurang ajar, tidak tahu balas budi, kau selalu saja menyengsarakan kakakmu, kau tidak punya otak, idiot, bodoh, pembawa sial."

"Ayah!!!" Teriak Tae dengan cukup keras, karena ia sudah mencoba dengan lelah meleraikan kejadian tersebut tetapi tidak di dengarkan oleh ayahnya.

"Dasar anak bodoh, selalu saja menyusahkan keluarga. Lebih baik kau mati saja sana." Ucap sang ayah yang masih terus mencaci maki pemuda malang tersebut.

Mengingat hal itu membuat Tee berteriak keras; kesal, sedih, marah, dan ketakutan itulah yang dirasakan Tee saat selalu teringat akan hal itu.

"Ayah jahat!! Ayah sama sekali tidak sayang sama Tee." Tee mulai marah sendiri.
"P'Tae. Apa benar aku ini bodoh? Apa benar aku ini idiot? Katamu aku ini pintar, tapi mengapa ayah selalu mengataiku bodoh. Dan apakah benar aku selalu menyusahkanmu? Mengapa kamu tidak pernah memberitahuku. Maafkan aku jika aku selama ini menyusahkanmu dengan tingkahku seperti ini. Maafkan aku P'Tae. Aku berjanji, aku tidak akan pernah menyusahkanmu lagi. Aku berjanji. Aku berjanji." Ucap Tee yang sudah mulai lirih dan tenang menghadap ke cermin.

*Beep ... Beeep .. Beeep*

Terdengar suara dering telfon rumah Bas berdering di luar kamar, Tee celingak-celinguk mencari asal suara tersebut, kemudian ia ikuti dan dibawalah ia ke ruang tengah. Disana ia lantas menjawab panggilan tersebut karena terus berdering.

"Hallo, krab." Ucap Tee.

"Ai'Tee."

"P'Tae." Sahut Tee yang shock.

***

Sementara itu istirahat makan siang tiba, Kim lagi-lagi bertemu dengan Copter ketika ia dan Godt hendak berbelok ke kantin. Kim tentu saja mematung ketika bertemu dengan Copter, karena ia masih takut jika tiba-tiba Copter marah padanya dan mengatakan semua kejadian pada malam itu dan didengar langsung oleh Godt.

"Ow, P'Cop. Kau baru selesai makan siang?" tanyanya Godt pada seniornya itu.

"Um." Copter mengiyakannya.

Kim langsung saja pergi melewatinya begitu saja tanpa mengucapkan salam dan satu patah katapun sebagai penunjuk kesopanannya itu, tentu Copter merasa heran karena kenalpotnya pria itu tak lagi bocor seperti pagi itu.

"Dasar kekanakan." Ucap malasnya Godt yang sudah melihat sifat turunan dari Kim itu.
"Aku pergi dulu, phi." Pamit Godt pada Copter.

"Um." Jawab Copter.

Godt lantas pergi menyusul kawannya itu untuk membicarakan hal ini, yang sebenarnya justru peluang untuk Kim.

***

[Bas]
Saat ini aku dan P'Sky ada di dapur rumahnya, kami sedang memasak untuk kita nikmati berdua.

Sejujurnya, P'Sky selalu membuatku tertawa setiap saat disetiap cerita manis di hidupnya yang sudah memaniskan hidupku yang hambar. P'Sky adalah orang yang polos, selalu jujur, dan begitu penyayang terhadap siapapun dan apapun.

Ma babyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang