07

533 62 4
                                    

"Tee!!!"

Tae berteriak ditepi jembatan dengan berdiri membelakangi pembatas jembatan tersebut, dan tentunya ia berpegangan pada pembatasnya. Ia mencurahkan seluruh kekesalannya itu karena  ia tidak bisa menemukan adiknya itu.

Dan seketika Tee terbangun, karena ia sedang tertidur disofa rumah Bas sedari sore. Ia terbangun karena ia merasa mendengar suara kakaknya itu berteriak memanggilnya.

"P'Tae ..." Teriak Tee pula saat terbangun dengan perasaan yang terkejut. Jantungnya berdegub dengan kencang karena mungkin efek dari terkejutnya itu tadi.

Tidak lama kemudian Bas keluar dari kamarnya karena ia juga terbangun dari tidur sorenya dan hampir melupakan Tee yang ada di dalam rumahnya.

"Ow, P'Tee." Ucap Bas saat datang menghampirinya, "maafkan aku ya? Aku tertidur dan hampir saja melupakanmu." Sambung Bas.

"Aku harus menemukan P'Tae, dia sedang mencariku. Aku harus pergi." Ucap Tee sembari bergegas hendak ingin pergi.

"P'Tee ... P'Tee .." ucap Bas yang berusaha menghalangi Tee. Dan didudukanlah kembali Tee di sofa dan Bas berusaha untuk menenangkannya.
"P'Tee kau tenang dulu ya? Istirahat saja di rumahku dulu." Ujar Bas.

"Aku tidak mau, aku harus mencari P'Tae. Dia sedang mencariku sekarang, aku harus pergi." Ucap Tae yang bertekad ingin pergi.

"Iya ... Iya ... Kita akan mencari P'Tae-mu itu. Tapi ini sudah malam. Pukul 7 malam. Saatnya makan malam."

Tak lama kemudian Godt juga datang dari dapur karena ia selesai memasak untun makan malam hari ini dan melihat mereka saja.

"Ayo, kita makan malam dulu. Yaaa." Ujar Bas.

"Apa kau tidak tahu nomor telfonnya?" Tanyanya Godt kepada Tee.

"Sudahlah P'Godt!!" pinta Bas kepada kakaknya itu untuk tidak mencari pertikaian.

"P'Tae memiliki satu ponsel, aku pernah menelfonnya. Nomor telefonnya (+66) 85462364. Nomor telefonnya (+66) 85462364." Dan Tee terus mengulang-ulang nomor ponsel kakaknya yang ia ingat itu.

***

[Tae]
Sungguh, aku adalah kakak yang buruk. Aku tidak bisa dan tidak becus menjaga adikku sendiri. Aku membiarkannya dibawa oleh ayahku yang egois itu dan sampai sekarang aku belum bisa menemukannya.

"Aaaarrrrggghhhh .....!!!"

Aku berteriak lagi sekencang mungkin disana. Jembatan itu adalah tempat kesukaanku dengan Tee. Dulu kita pernah berenang di sungai dibawah jembatan itu. Kita melompat dari jembatan tersebut dan terjun ke sungai itu.

Hatiku semakin tersakiti karena teringat akan kenangan itu, hal itu semakin membuatku terpuruk dalam kesalahanku sendiri.

*Beeep ... Beeep ...* aku mendengar suara nada dering ponselku berdering.

Sejenak aku keluar dari jembatan itu dan berdiri di jalan untuk menjawab panggilan masuk itu. Aku sempat melihat bahwa panggilan tersebut dari nomor tanpa nama, alias nomor yang tidak di kenal. Aku angkat saja nomor tersebut karena siapa tau saja penting.

"Selamat malam." Ucap Tae menjawab panggilan masuk tersebut.

"P'Tae ..." terdengar suara seorang pemuda yang berseru memanggil namanya, namun pada akhirnya ponsel Tae mati karena habis batre.

"Tee ..." Ucapnya setelah nada terputus terdengar.
"Hallo ... Tee!! Tee!!"

[Author]
Sedang Tee nampak bingung karena panggilannya itu terputus begitu saja.

Ma babyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang