Romantis

1.5K 71 9
                                    

Baca bismillah dulu sebelum membaca.
Happy reading 😊

"Saya boleh tanya?"
"Tanya apa?"
"Tolong kamu jawab kenapa kamu masih disini?" tanya Azmi mulai serius.
Sejenak Putri menundukkan kepalanya membuat Azmi menunggu jawaban Putri. "Tanpa Putri jawab pun pasti kak Azmi tahu jawabannya," ujar Putri namun masih menundukkan kepalanya.
Puas dengan jawaban Putri? Tentu belum. Seakan masih ada yang mengganjal dalam hatinya namun tak cukup berani ia utarakan.

"Maafin Putri kak," ucap Putri tiba-tiba.
"Untuk apa?"
"Untuk semuanya, dan yang paling penting maaf atas Putri yang udah buat Kak Azmi nyerah,"

Tes.

Deg.

Air mata Putri kembali lolos dari retinanya dan itu tepat setelah ia menjawab ucapan Azmi, sedangkan Azmi yang melihat air mata itu hatinya terasa ngilu bahkan seperti dihantam palu godam jantungnya dan berubah menjadi remuk bahkan hancur.
"Saya juga minta maaf atas perlakuan saya sama kamu yang membuat kamu kesal atau marah," ujar Azmi.
Putri tersenyum getir mendengarnya.
"Sama sekali nggak kak, itu semua udah setimpal dengan apa yang Putri lakuin ke kakak."
"Maafin Putri yang nggak bisa jadi istri yang baik buat kakak, selalu nyusahin, dan egois. Jika kakak mau, kakak boleh cerai in Putri meski itu berat bagi Putri," lanjut Putri dengan tangis yang terus menderu.

"Berat Put, jauh darimu sungguh berat bagiku. Dan jika aku menceraikanmu aku akan menjadi lelaki bodoh, namun aku bisa apa? Tapi walau begitu, aku memilih kebahagiaanmu meski itu bukan denganku," batin Azmi.

"Tapi jujur kak, Putri sebenernya nggak mau pisah, Putri pengen disamping kakak, Putri pengen nebus semua kesalahan Putri," ucap Putri lagi.

"Jangan mencintaiku atas rasa iba, karena itu akan lebih menyakitkan daripada menunggu cinta yang terbalas kehampaan," sahut Azmi.

"Terus Putri harus apa kak? Putri udah ngelakuin banyak kesalahan dan Putri pingin menuhin keinginan kakak."

"Tak adakah sepercik ketulusan dalam cinta yang akan kamu beri  untukku? Saya memang juga mengharap balasan cinta dari kamu, tapi cinta yang tulus dari hati. Kalau kamu ingin menebus kesalahan kamu pada saya maka.... Bertahanlah dan dampingi saya melewati semuanya, karena kamu sosok yang selalu saya butuhkan" jawab Azmi sendu yang langsung dihadiahi pelukan oleh Putri hingga membuat bahu Azmi basah seketika karena air mata Putri. "Iya kak hiks... Putri bakal penuhi itu sampai kapanpun kak hiks... Hiks...."

"Kehangatanmu adalah dambaku sedari dulu, terlebih kurasakan sebuah kasih sayang, cinta, juga rindi yang tersirat, bila itu hanya rasaku yang terlalu beranggap maka biarkanlah hatiku bersombong tuk dapat kehangatan itu lagi."

"Dan satu lagi," ucap Azmi setelah melepas pelukan Putri.
"Apa kak?"
"Jangan pernah menangis lagi untuk hal yang tak berguna ini." Azmi usap lembut pipi Putri untuk menghilangkan jejak air mata yang tertera.
"Asal kakak juga janji,"sahut Putri.
"Apa?"
"Jangan buat Putri khawatir lagi."
"Insyaa Allah Put."

***

Empat hari sudah Azmi menjalani perawatan yang selalu ditemani oleh sang istri, siapa lagi kalau bukan Putri. Dan hari ini ia sudah dipindahkan ke ruang rawat inap. Hubungan Azmi dan Putri pun semakin membaik seiring waktu berjalan, Papah dan Mamah bersyukur karena hubungan itu terlihat harmonis, Dina? Ia kembali ke Belanda karena mengurus beberapa berkas kelulusannya, lalu rumah Azmi? Itu sudah ditangani oleh orang tua Putri dan sedang mengalami renovasi.
Namun yang jadi kendala adalah, Azmi yang kini berubah 'cerewet' dan suka merajuk seperti anak kecil.

"Kak, kak Azmi makan dulu ya," ucap Putri sambil membawa bubur dari rumah sakit, Azmi yang menoleh melihat Putri menyendokkan bubur langsung menutupi mulutnya dengan kedua tangannya dan menggelengkan kepala dengan keras tanda ia tak mau memakan bubur itu.

"Kenapa nggak mau?" tanya Putri.
"Nggak enak, hambar," jawab Azmi yang masih menutupi mulutnya.
"Itu udah bawaan kak, kalo orang sakit kan gitu, semua yang dimakan rasanya hambar," jelas Putri.
"Ada kok yang manis."
"Apa?"
"Liat kamu," jawab Azmi sembari memasang wajah polosnya.
"Ck, bisa nggak sih kak nggak usah gombal," jengah Putri.
"Nggak bisa, kalo liat kamu bawaannya pingin bilang yang cinta-cinta terus," ujar Azmi enteng.

"Kenapa dia jadi agak aneh? Kenapa sekarang kayak ABG kasmaran?" batin Putri.

"Kak," panggil Putri.
"Iya? Ada apa? Rindu ya? Jangan rindu berat, kalo berat kan kasihan kamunya kelelahan, kalo kelelahan nanti kamu bisa sakit, nanti kalo kamu sakit siapa yang jagain saya?"

"Manggilnya satu kata, kenapa jawabnya sekilo meter?" batinnya lagi.

"Mending kakak pindah jurusan deh dari ngajar," usul Putri.
"Kenapa?"
"Nggak pantes banget dosen psikologi sikapnya kayak ABG kasmaran, terlalu banyak gombal dan suka merajuk," ucap Putri membuat Azmi memanyunkan bibirnya.

"Tuh kan, dibilang gitu aja tuh bibir udah di manyun-manyunin. Udah mendingan sekarang kakak makan ya, Putri suapin deh."
"Nggak mau!" kekeh Azmi.
"Huft... Kak Azmi cinta kan sama Putri?"
"Iya,"
"Sayang kan sama Putri?"
"Sayang,"
"Yaudah kalo gitu makan, biar cepet sembuh,"
"Hambar sayang...." rengek Azmi.

"Perasaan belum hamil, kenapa Putri jadi udah kayak ngurusin bayi? Besar lagi nih bayi," monolog Putri dalam hatinya.

"Kan katanya kalo liat Putri itu manis, yaudah kalo makan sambil liatin Putri aja, ya?" bujuk Putri.
"Iya deh,"jawab Azmi enteng.

" Daritadi kek bilang iya nya," batin Putri kesal. Kemudian menyuapi bubur hingga habis tak bersisa.

"Enak kan?" cibir Putri karena Azmi yang tadi makan dengan begitu lahap.
"Enak, kan sambil liatin kamu," sahut Azmi.
"Seterah kakak aja deh, aku mah apa atuh. Sekarang kakak minum obatnya!"
"Nggak mau! Pahit!"
"Dimana-mana obat ya pait atuh kak, emang ada obat yang manis?"
"Ada!"
"Obat apa?"
"Kamu, obat pelipur lara hatiku."
Jawab Azmi sembari tersenyum manis.
"Diminum nggak obatnya?"
"Nggak ah, kan pait."
"Yaudah, kalo gitu Putri keluar aja terus pulang ke Mamah dan bocan aja disana," ancam Putri sembari melangkahkan kakinya untuk keluar.

"Eee....!! Jangan! Jangan tinggalin saya dong! Iya deh iya, saya minum obatnya," cegat Azmi merayu.

Putri yang membelakangi ranjang Azmi pun tersenyum penuh kemenangan mendengar ucapan Azmi.

"Janji?" tanya Putri yang sudah menghadap Azmi lagi.
"Iya," jawab Azmi mengangguk tegas seperti anak kecil.
"Nggak bandel lagi?"
"Nggak bandel."
"Oke, silahkan diminum tuan Azmi," ucap Putri menyodorkan beberapa obat dan segelas air putih.
"Emang wajib ya diminum?" tanya Azmi memelas.
"Wajib, fardhu 'ain," jawab Putri asal.
"Fardhu kifayah bisa nggak? Biar nanti diwakilin kamu."
"Ini bukan pasar atau bukalapak dotkom yang bisa dinego seenaknya! Minum obat kok dinego-nego," gerutu Putri.
"Tapi pahit Put," rengek Azmi.
"Minum atau sendiri!"

Glek.

Bukan! Itu bukan suara Azmi meminum obat, tapi itu suara Azmi menelan savilanya sambil memandang ngeri ke arah obat yang kini sudah di tangannya.

"Ini bener Put?" tanya Azmi lagi.
"Iya bener."
"Tega nih?"
"Tega banget,"
"Huft...." Azmi hela nafasnya kasar lalu segera menelan obatnya itu.

"Udah Put," ucap Azmi sembari menyodorkan air putih ke Putri yang langsung ditaruh Putri diatas nakas.
"Anak pinter!" ujar Putri sembari mengelus rambut Azmi gemas karena melihat Azmi yang terlihat kesal.

Cup.

"Jangan kesel-kesel ntar cepet tua lho," ucap Putri setelah mencium pipi Azmi yang seketika mengganti mood Azmi menjadi bahagia.

"Putri! Sini!" panggil Azmi agar Putri mendekatkan wajahnya ke Azmi.

"Terima kasih atas cintanya, ini lebih baik dan mujarab jadi perantara menyembuhkan saya daripada obat itu," bisik Azmi kemudian mencium lembut kening Putri.

Bersambung....

Jangan ada kebaperan di antara kita😆😆
Jangan lupa tinggalkan jejak ya

Hijrahku Samaraku [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang