Langit masih nampak gelap dan bertabur gemerlap bintang tanpa sang rembulan, cahaya fajar shodiq mulai menyirat menambah warna pada gelapnya pagi buta. Sayup-sayup adzan subuh terdengar di telinga yang dingin, mengajak mata yang masih terlelap itu untuk membukanya dan bangkit dari tidurnya.
Azmi kini sudah buka mata nya namun belum bangkit jua, sejenak ia arahkan penglihatan pada jam dinding berukuran medium yang terpasang indah pada dinding kamar Putri.04.30 WIB.
Matanya yang tadi masih malas terbuka dengan sempurna langsung terkesiap membulat sempurna, membuat badan si empunya bergegas bangkit langkahkan kaki untuk sekedar cuci muka dahulu kemudian kembali pada sang istri yang masih asyik menjelajah alam mimpinya."Put.. Putri.., ayo bangun! Ini udah hampir setengah lima. Ayo kita sholat shubuh," ucap Azmi membangunkan Putri.
"Enghh...." Putri malah menggeliat saja dalam tidurnya.
"Putri... Ayo bangun! kita sholat shubuh dulu!" ucap Azmi lagi.
"Iya... Ya... Bentar napa! Kalo mau sholat, sholat aja dulu, entar gue nyusul," jawab Putri sambil menggeliat dan malah menarik selimut hingga menutupi wajahnya.
Namun, Azmi tak kehabisan akal. Ia ingat akan salah satu cerita Abu Nawas ketika Abu Nawas sedang berkhutbah dalam sholat jum'at sedangkan para jama'ah banyak yang mengantuk bahkan tidur. Dengan senyum jailnya ia coba sedikit praktikkan kisah lama itu.
"Kebakaran!!! Kebakaran!! Kebakaran!! Tolong!! Kebakaran!!" teriak Azmi heboh sendiri.
"Huwa...!! Kebakaran!! Kebakaran!! Mana?! Mana?! Ayo keluar!! Ayo kita keluar!!" teriak Putri yang langsung terlonjak kaget dan kelimpungan sendiri sembari menggandeng tangan Azmi, membuat Azmi tertawa melihat sikap istri nya yang lucu saat ini.
"Kenapa malah ketawa? Ayo kita keluar?!! Kuncinya juga dimana?! Cepet! Nanti keburu mati kebakar kita!" Pekik Putri kesal melihat Azmi tertawa, namun ia belum sadar juga atas tawa Azmi.
"Hahaha.... Kebakaran apanya sih? Liat deh kamar kamu, ada apinya nggak? Nggak kan? Hahaha...." ujar Azmi dalam tawanya. Putri diam dalam kehebohannya tadi, ia kerutkan dahinya mengabsen seluruhnya yang ada didalam kamarnya. Benar, tak ada api sedikit pun. Itu berarti..
"Iiiihhh..!! Situ boongin gua ya.." dengus Putri berteriak sukses membuat gendang telinga Azmi bergetar. Untung saja kamar Putri kedap suara, jadi teriakan Azmi dan Putri tak akan terdengar sampai keluar.
"Hehe.... Peace! Lagian kamu nggak bangun-bangun, liat tuh jam! Udah hampir jam lima, kita udah kesiangan sholat shubuh nih," jawab Azmi, "udah kamu cepetan ambil air wudlu di kamar mandi dalam, saya mau ambil air wudlu di kamar mandi luar aja." imbuhnya.
"Huhh.... Untung aja gue nggak punya riwayat penyakit jantung. Yaudah, kalo gitu sana keluar!" titah Putri ketus.
"Gimana mau keluar? Tuh liat!" ujar Azmi sambil mengarahkan dagunya ke arah tangannya yang masih dipegang Putri, membuatnya mengekor pandangan Azmi ke arah tangannya dan tangan Azmi. Sepersekian detik, pegangan itu langsung ia lepas. "Kak Azmi aja yang modus tuh," alibi Putri.
"Kenapa saya yang dibilang modus? Kan kamu sendiri yang pegang terus narik-narik tangan saya, padahal kemarin kamu sendiri yang bilang kalo kita nggak boleh bersentuhan lagi, eh.... Nggak tau nya kamu sendiri yang sekarang modusin saya. Saya tahu kok kalo saya ini ngangenin, tapi jangan segitu nya juga, saya kan cuma mau keluar kamar buat ambil air wudlu abis itu balik lagi dan sholat bareng kamu. Tenang nggak bakal lama kok. Hehe...." cerocos Azmi membuat wajah Putri seketika menjadi datar.
"Gue tadi kan panik dan nggak sengaja." ucal Putri datar lalu segera menuju kamar mandi, menyembunyikan rasa malunya yang sedari tadi ia tahan dan mengambil air wudlu sesuai ucapan Azmi tadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrahku Samaraku [Hiatus]
Romance"Saya mohon jangan sia-sia kan air mata kamu." "Kalo gitu gue juga mohon jangan sia sia in cinta kakak dengan ngasih cinta itu ke gue!" . "Sampai kapan kamu akan seperti ini? Pasti suamimu akan marah!" "Bahkan aku seperti ini karna amarahnya bukan...