Jangan lupa baca bismillah dulu biar berkah😇😄
Happy reading~~
Semoga bermanfaat dan maaf untuk segala ke-typo-an yang ada🙏....
"Dokter kemarin kan bilang kalo saya hanya demam,"
"Kenapa obatnya banyak banget?"
"Biar cepat sembuh," Putri segera beranjak dari sandarannya dan menatap Azmi dengan intens, "bohong!"Deg.
"Nggak."
"Please deh gak usah boongin gue!" pekik Putri.
"Kamu sekarang udah pantes jadi psikolog kayaknya.""Nggak usah ngalihin pembicaraan!" pekik Putri namun kali ini matanya berkaca-kaca.
Azmi hela nafasnya kasar, "Saya mohon jangan sia-sia kan air mata kamu."
Putri tersenyum kecut.
"Kalo gitu gue juga mohon jangan sia sia in cinta kakak dengan ngasih cinta itu ke gue!"
"Saya nggak akan berhenti karena saya tahu ini tidak akan sia-sia,"jangan dijawab! Saya nggak mau kejadian kemarin terulang lagi," lanjut Azmi kemudian beranjak dari ranjangnya dan keluar meninggalkan Putri didalam kamar.
Tes.
Air mata Putri perlahan menetes, ia tak tahu kenapa ia menangis, ia tak tahu kenapa ada rasa khawatir untuk Azmi, ia pun bahkan tak tahu kenapa ia begitu ingin tahu akan penyakit Azmi.
"Apa gue mulai cinta sama dia?"
Pertanyaan itu kini jadi pusat pikirannya, menyita juga pikirannya, menarik dilema untuk datang pada Putri.
***
Azmi kini tengah dalam perjalanan menuju sebuah rumah makan faforitnya sejak dulu, setelah perdebatan kecil tadi membuatnya lapar namun Putri belum masak, stok bahan masak pun habis. Namun yang ia lupa, ia belum pamit pada Putri, saat ditengah jalan ingin ia telfon, ia lupa tak membawa ponselnya
Sesampainya disana, ia langsung memesan makanan untuknya karena perutnya sudah terlalu lapar, disaat ia tengah menunggu pesanannya tiba-tiba ada yang memanggilnya "Mas Azmi!" panggil seorang perempuan yang menghampiri Azmi.
"Siapa ya? Kayak kenal?" batin Azmi bertanya-tanya.
"Hai mas!" sapa perempuan itu yang kini sudah duduk dihadapan Azmi.
"Maaf siapa ya?"
"Amnesia mas?"
"Saya bener nggak inget kamu,"
"Hmm.. Jadi orang kok pikun, padahal kamu orang pinter mas, aku Dina mas.." lenguh perempuan bernama Dina itu.
"Dina Laili?" tebak Azmi.
"Itu inget!"
"Oooo, kamu Din,"
"Gabung ya.." cengir Dina yang berstatus sebagai keponakan Azmi yang menjadi mahasiswi di Belanda."Baru pulang?" tanya Azmi.
"2 mingguan," jawab Dina.
"Ooo,"
"Kak Aisyah mana? Kok sendiri? Katanya udah nikah masak gak diajak sih," cerocos Dina yang tak tahu keadaan Azmi.
"Aisyah udah nggak ada, Allah lebih sayang dia begitupun Bunda,"
"Ya Allah.. Maaf mas, aku bener-bener nggak tahu,"
"Iya nggak apa-apa kok."
"Terus mas nikah sama siapa?"
"Sama..""KAK AZMI!!" pekik seseorang membuat Azmi dan Dina menoleh dari asal sumber suara.
"Putri?!!" kaget Azmi.
"Kenapa ia bisa disini?" batin Azmi.
Tak lama kemudian Putri tiba-tiba langsung berlari keluar dari rumah makan itu dengan air mata yang keluar dengan deras.
Sedangkan Azmi yang melihat itu hanya bisa mematung. Putri menangis! Dan itu karenanya! Karena Azmi! Oh, tidak! Putri pasti kini kecewa padanya.
"Tadi dia siapa mas?"
"Dia istri mas," jawab Azmi lesu membuat Dina membelalakkan matanya,"istri?! Kenapa nggak mas kejar?!"
"Biarkan! Mas lagi capek Din," Azmi menunduk. "Tapi istri mas pasti salah paham!" marah Dina.
"Mas pulang dulu, pesanan mas kamu aja yang makan, mas udah bayar kok. Assalamu'alaikum." Azmi pulang, dengan lelah 'lagi' .

KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrahku Samaraku [Hiatus]
Lãng mạn"Saya mohon jangan sia-sia kan air mata kamu." "Kalo gitu gue juga mohon jangan sia sia in cinta kakak dengan ngasih cinta itu ke gue!" . "Sampai kapan kamu akan seperti ini? Pasti suamimu akan marah!" "Bahkan aku seperti ini karna amarahnya bukan...