Maaf

1.3K 73 5
                                    

Sudah sekitar 3 minggu Azmi dan Putri hidup bersama dengan segala kehebohan Putri, keromantisan Azmi, dan kelucuan mereka berdua.
Kini mereka sudah memulai aktivitas di kampus seperti biasa sejak satu minggu yang lalu, namun Putri meminta agar pernikahan mereka disembunyikan, tapi tetap saja ketahuan padahal Putri berangkat selalu memakai taksi sedang Azmi dengan sepeda kesayangannya. Dan ternyata itu karena beberapa dosen yang dulu diundang oleh Azmi.

Alhasil, mau tak mau Putri mengakuinya walau begitu ia tetap takut jika pacarnya itu tahu. Putri memang tak memutuskan hubungan dengan pacarnya, saat ia menikah pun pacarnya sedang ada di Yogyakarta dan kabarnya hari ini pacarnya itu pulang.

Dan benar saja, saat sedang fokusnya Putri membaca buku dari Azmi untuk bahan skripsinya, tiba-tiba ada sebuah tangan yang mengalung di pundak Putri sambil si empunya berkata, "hai sayang!"

"Astaghfirullahal'adhim!" kaget Putri.

"Tumben kaget kamu gitu?" heran pacar Putri yang bernama Dilan.

"Iya juga ya, kenapa akhir-akhir ini gue kagetnya gini?" batin Putri ikut heran.

"Put!" gertak Dilan mengagetkan Putri.
"Eh iya? Ada apa?"
"Kamu ini ditanya malah ngelamun."
"Hehe.. Maaf."
"Tumben juga kamu pake baju syar'i banget."
"Iya... Nggak pa-pa dong."
"Iya juga sih, ikut aku yuk!"
"Kemana?"
"Kemana aja asal sama kamu."
"Gombal," sahut Putri.

"Tapi kak Azmi gimana ya? Kalo dia tau kan bisa berabe, alah biarin lah palingan kak Azmi juga lagi ngedosen," batin Putri sedikit bimbang, dan akhirnya ia mengiyakan ajakan Dilan.

***

Jam mengajar Azmi kini telah selesai, ia langsung putuskan untuk pulang berniat istirahat dirumah karena pikirannya begitu penat dan fisiknya tengah tak stabil.

Dengan langkah lelah Azmi menuju tempat parkir hendak mengambil sepedanya namun ia urungkan ketika matanya menangkap seseorang yang tak asing baginya, ia picingkan matanya mencoba mempertajam penglihatannya.

"Itu bukannya.... Putri?!"

Mata Azmi semakin menyala juga rahangnya mengeras, nafasnya coba ia atur setenang mungkin walau berat karena tersulut emosi. Bagaimana tidak? Putri istrinya mau saja berpegangan dengan bukan mahramnya, ia tahu Putri sama sekali tak mencintainya, tapi tak bisakah Putri hargai sedikit pernikahan ini?
Ngilu relung hati Azmi, perih rasanya tergores pisau kecemburuan, panas terasa saat api kekecewaan menyala-menyala.

"Putri!!" panggil Azmi tegas membuat nama yang terpanggil tadi terkejut dan reflek melepaskan genggamannya dengan Dilan.

Azmi percepat langkah menuju dua manusia yang berhasil menyulut emosinya. Putri yang melihat Azmi melangkah dengan wajah merah padam begitu takut. Semakin dekat.... Dekat.... Dekat.... Dan..

"Hap!"
Azmi pegang tangan Putri dengan erat hingga tanpa sadar itu membuat Putri merintih kesakitan.
"Kita pulang!" titah Azmi.

"Tunggu!" potong Dilan sebelum Azmi dan Putri melangkah.

"Apa?" tanya Azmi dingin.

"Lo siapa? Berani banget lo nyuruh-nyuruh pacar gue? Punya hak apa lo? Gue yang lebih BERHAK sama Putri daripada elo!" ucap Dilan seakan meremehkan Azmi.

"Perkenalkan saya Azmi, Muhammad Ulul Azmi, dosen pembimbing Julia Putri SA sekaligus imam halalnya," ucap Azmi dingin.

"Hahaha jangan ngaco lo! Mana mungkin Putri mau sama elo!" remeh Dilan sambil menunjuk-nunjuk Azmi.

"Terserah anda," sahut Azmi, "Put, ayo sekarang ikut saya!" imbuhnya.

"Tapi kak," ujar Putri menggantung.

Hijrahku Samaraku [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang