Happy reading~~
Jangan lupa baca basmalah
Jangan lupa semangat!😊❤____________________
"Tapi... Kanker darah kakak masih menyebar dan itu artinya kakak harus--"
"Operasi dan kemo?" potong Azmi dengan nada tak suka.
"Iya kak," lirih Putri. Ia tau pasti Azmi tak kan suka mendengar kabar ini, tapi bagaimanapun Azmi tetap harus tau keadaannya dan berobat agar cepat sembuh total."Huft...." Azmi hela nafasnya kasar semakin membuat Putri gusar.
"Apa nggak ada cara lain?" tanya Azmi seakan memohon agar tak melakukan apa yang ia ucapkan tadi, karena ia sudah pernah melakukannya dulu sebelum ia hanya berobat menggunakan kapsul-kapsul pahit, dan yang Azmi jalani dulu begitu melelahkan fisik dan bathinnya.
"Nggak kak," balas Putri.Azmi pijat pelipisnya seakan berdenyut, mengingat betapa ringkih dan sakitnya menjalani proses kemoterapi yang memberikan radiasi cukup besar dan efek yang tak tanggung-tanggung untuk dirinya, terlebih sudah bisa dipastikan bahwa ia akan terkekang oleh alat-alat medis yang melilit ditubuhnya nanti.
"Kak," panggil Putri membuat Azmi membuka matanya menatap manik anggun dari sang istri.
"Kakak lakuin itu ya, demi kesembuhan kakak," lanjut Putri memelas.
"Tapi apa bener-bener nggak ada cara lain? Hmm? Kita bisa coba pengobatan alternatif, kakak juga bisa hanya bergantung pada obat, kita bisa doa mohon...."
"Kak, Putri tahu kakak berat ngelakuin ini, tapi bukannya kita sebagai hamba Allah juga diperintah buat usaha juga dan nggak hanya ngandalin doa aja, Putri janji kak, Putri akan selalu ada buat kakak, bagaimanapun keadaan kakak Putri akan tetep sama kakak," ucap Putri lembut menyalurkan energi positif untuk sang suami yang kini sudah sangat ia cintai.Tes
Air mata itu perlahan mengalir dari iris mata seseorang yang kini terbaring disamping sang kekasih, merasa tak berguna untuk kehidupan cinta dan hanya menyusahkannya saja.
"Hei, kenapa kakak nangis?" tanya Putri sendu sembari mengusap lembut pipi Azmi, menghapus jejak bukti kerapuhan Azmi.
"Kakak nyesel nikahin kamu Put kalo pada akhirnya kakak cuma nyusahin kamu dengan penyakit kakak ini, seharusnya saya nggak ganggu waktu kamu dengan ngurusin saya yang terlalu pengecut ini, he he.... Bahkan dengan kabar seperti ini saja saya sudah lemas, tak pantas rasanya jika saya terpanggil suami atas dirimu, tak pantas rasanya dipanggil sebagai lelaki...." ujar Azmi sesekali tertawa hambar meratapi hidupnya."Nggak kak, kakak nggak boleh nyesel justru dengan kita menikah Putri jadi semakin lebih baik berkat lewat kakak, Putri jadi semakin dewasa, semakin tahu apa arti kehidupan, dan kakak akan selalu menjadi suami terhebat bagi Putri dan laki-laki terkuat ngalahin superman hehe.... Lagian nih ya, kalo kakak nyerah pasti bunda bakal marah ke Putri karena Putri nggak bisa jagain kakak dengan baik dan benar, kakak nggak kasihan apa kalo Putri dimarahin bunda? Kan Putri atuuttt...." sahut Putri sesekali mengajak Azmi bercanda mencoba mencairkan suasana sedih yang ada pada Azmi dan cukup berhasil karena itu membuat Azmi tertawa kecil.
"Bunda nggak bakal marahin kamu kok, bunda kan sayang banget sama menantunya yang cantik ini, lagian kalo bunda marah nanti kakak bakal ngambek sama Bunda hehe..." ucap Azmi
"Aishhh... Suka sekali merajuk pada orang," jawab Putri gemas.
"Biar merajuk asal kesayangan."
"Emang kesayangannya siapa?"
"Kesayangannya Bunda sama kamu."
"Emang iya?"
"Iya dong," sombong Azmi.
"Harus?"
"Harus lah!"
"Kalo nggak?"
"Ya berarti kamu minta dihukum,"
"Emang hukum apaan?" tanya Putri mengejek.
"Sini kalo mau tau hukumannya," isyarat Azmi untuk mendekatkan tubuh Putri ke Azmi, dan...."Adu.... Duh... Kak.... Hahaha, udah hahaha.... Kak udah kak... Hahaha... Geli ih.." pekik Putri ketika secara tiba-tiba Azmi menggelitikinya.
"Nggak bakal sampe kamu bilang saya kesayangan kamu!" peringat Azmi.
"Iya deh hahaha...," ucap Putri sambil tertawa merasa geli.
"Iya apa?"
"Kak Azmi kesayangannya, haha.. Bunda sama sama Putri," ujar Putri langsung menghentikan Azmi membuat Azmi tersenyum kemenangan menatap Putri, sedang yang ditatap membalasa dengan tatapan tajam."Nggak usah tajam-tajam kalo natap, ia saya tahu saya emang ganteng," celetuk Azmi dengan PD nya.
"Pede banget, masih gantengan juga kang somaya yang biasa lewat depan rumah," sewot Putri.
"Lha, bahas kang somay lagi hahaha...."
"Kenapa ketawa?" heran Putri.
"Nggak apa-apa, lucu aja denger kamu tentang kang somay," jawab Azmi membuat Putri merucuti bibirnya.
Namun, beberapa detik kemudian ia teringat atas ucapannya yang belum Azmi ambil keputusan."Ohya kak, jadi.... Gimana?" tanya Putri hati-hati. Sedang Azmi yang paham maksud Putri apa sejenak mengambil nafasnya dan,"tapi Putri temani kakak ya...."
"Kalo itumah Putri udah siap sedia," jawab Putri renyah seakan memberi energi positif untuk Azmi.
"Baiklah, kakak setuju tapi kapan proses iti dimulai?"
"Kalau itu sih, Putri belum tanya tapi kayaknya nanti kakak harus tanda tangan beberapa berkas persetujuan deh." Azmi mengangguk paham.
"Kalo gitu aku ke ruangan dokter dulu ya, biar nanti cepet prosesnya," izin Putri yang diangguki Azmi.***
Hari ini adalah proses kemoterapi yang pertama kali Azmi jalani, dengan wajah sedikit tegang ia lakukan dan tak lupa Putri yang selalu ada disampingnya terus memberi semangat sembari terus melafalkan doa-doa demi kelancaran.
Dan Alhamdulillah setelah beberapa jam Azmi jalani kemo itu, akhirnya selesai juga dan itu berhasil membuatnya terlelap lelah dalam belaian Putri. Sebelum tertidur Azmi memang meminta Putri untuk mengelus rambut Azmi yang baginya begitu hangat.
Namun perjuangan mereka tak berhenti disitu, masih ada banyak pengobatan yang harus Azmi lakukan dan pastinya semakin lelah Azmi melakukannya makadari itu Putri bertekad untuk selalu menemaninya, setidaknya ia juga rasakan sedikit lelah yang Azmi rasakan walau mungkin hanya secuil dari itu.
Namun, harapan yang baru tumbuh dihatinya harus terhenti kala tiba-tiba ia mendapat panggilan dari rektornya bahwa satu minggu lagi ia harus menjalani sidang skripsi, padahal satu minggu lagi Azmi akan melakukan proses kemo yang kedua.
Dilema rasanya hadir memainkan perasaan Putri, bingung pun juga turut hadir dalam akalnya, bingung harus memutuskan yang mana.
Di satu sisi ia sudah bertekad untuk selalu di sisi suami nya, namun di sisi lain ia juga ingin segera melakukan sidang skripsi dan menamatkan pendidikannya di bangku kuliahnya. Tapi kenapa itu harus terjadi bersamaan?Bersambung ~~

KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrahku Samaraku [Hiatus]
Romance"Saya mohon jangan sia-sia kan air mata kamu." "Kalo gitu gue juga mohon jangan sia sia in cinta kakak dengan ngasih cinta itu ke gue!" . "Sampai kapan kamu akan seperti ini? Pasti suamimu akan marah!" "Bahkan aku seperti ini karna amarahnya bukan...