-○○-
Setelah melakukan pemberontakan serta mempermalukan keluarganya, Sasuke tidak dapat berpikir jernih apa yang akan dia lakukan kedepannya. Isi kepalanya berkecamuk oleh beban yang tidak tanggung-tanggung dia dapat hari ini.
Tidak, bukan hanya hari ini. Rasa-rasanya setelah pertemuannya dengan Sakura semua perasaan yang dia buang jauh-jauh meledak menghancurkan pertahanan bajanya.
Semenjak kakaknya meninggal bertahun yang lalu, Sasuke merubah sikapnya menjadi lebih bajingan dibanding waktu masih remaja. Tapi hanya disana, keberaniannya untuk melawan ayahnya sama sekali masih jauh diatas nol.
Dulu, Sasuke bahkan tidak peduli terhadap perjodohannya dengan Hinata malah dia lebih bersikap santai dan mau menerima segala omong kosong keluarganya. Kalau dipikir ulang, sikapnya jauh berbeda semenjak dia menginginkan Sakura.
Perasaan kosong yang dia rasakan sama Hinata seperti sebuah rasa yang datar yang tidak mampu mengerakkan hati bekunya. Jujur saja, semasa kebersamaannya dengan Hinata, Sasuke tidak pernah sekalipun merasa apa dia perlu melamar Hinata.
Atau jatuh cinta pada wanita itu. Dia hanya menjalani apa yang ada didepan matanya. Dan berpikir santai seakan hubungan normal seperti itu tidaklah menganggu kepribadiannya.
Namun dia salah, terlalu lama bersama dan menuruti segala perintah ayahnya, Sasuke mulai merasa marah dan emosi yang tidak berkesudahan mengelenyar ditubuhnya. Sehingga perasaan muak itu mendominasi segala apa yang dia perlihatkan.
Dia ingin memberontak dan berteriak lantang, kalau dia tidak ingin hidupnya dikekang. Dan Sasuke berhasil, setidaknya dia menjatuhkan ego ayahnya kali ini. Tidak hanya itu dia juga berhasil melunturkan topeng palsu Hyuuga Hiashi.
Itu setara dengan apa yang dirasakan oleh kakaknya sewaktu hidup dan dijadikan alat menghasilkan uang. Obsidian Sasuke terpejam disusul hembusan napasnya yang panjang.
Diatas segala pikirannya yang sudah runyam, Sasuke hanya dapat memikirkan satu hal setelah meninggalkan mansion Uchiha iaitu cobra's club dan tanda tanya akan kepergian mendadak Sakura.
Dia butuh alcohol dalam dosis yang lebih tinggi, agar dia dapat mengontrol pikirannya yang mulai tidak konsisten terhadap perintahnya. Sasuke merasa dia berubah menjadi plinplan. Itu sesuatu yang mengerikan terlepas dari sikap bajingannya.
Alcohol ditangannya terlalu dingin bertemu dengan jemari besarnya. Dia baru mengerakkan kepalanya ketika merasakan getaran di saku celana panjangnya.
Sasuke tidak perlu melirik siapa yang menghubunginya, karena dia memang tahu siapa sosok tersebut. Orang diseberang sekali lagi memberinya berita yang mengejutkannya lagi. Rahangnya mengeras menyadari ada rasa tidak suka yang mendesaknya saat ini.
"Kita akan menyusup. Pastikan ini berjalan lancar. Mengerti Shin?"
Setelah membentuk bibirnya keras, Sasuke menutup sambungan tersebut dan menatap datar Mei dihujung sana melambai kearahnya. Tidak seperti dulu, jika dia melihat Mei sekarang rasanya agak mengelikan dan menjijikkan. Sasuke tidak tahu sejak kapan perasaan seperti ini berada di dalam dirinya.
Atau kenapa dia membiarkan perasaan merepotkan seperti ini mendominasinya. Sasuke buntu untuk menemukan jawaban dari pertanyaan biasa itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arrogant
FanfictionSasusaku Fanfiction Pertemuan antara kedua sosok yang tidak jauh berbeda. Terombang-ambing untuk sesuatu yang mereka anggap menyusahkan. Dingin bertemu dingin, angkuh bertemu angkuh. Bagaimana kisah mereka yang dipenuhi omong kosong itu? "Well, ak...