Sudah dua minggu Joana bersekolah di SMA Elang sebagai murid baru, dan sudah selama itu pula ia sudah mampu menjadi idola dari beberapa cowok disana.
Bisa ditebak bagaimana pikiran para cowok-cowok yang berjejer disepanjang lorong tatkala melihat Joana -si gadis cantik- yang dengan anggunnya berjalan sembari memperlihatkan kaki mulus jenjangnya dan rambut hitam legamnya yang menjuntai indah sepinggang.
Bukan hanya itu saja yang menarik perhatian, tetapi kulit putihnya pun ikut andil. Selain itu, lekuk tubuh pas, bentuk wajah yang imut, hidung mancung, bibir tipis dan mata coklatnya sukses membuat siapa saja terpukau hanya dengan sekali pandang.
Joana berjalan dengan gaya anggun sesekali mengibaskan rambutnya. Membuat cowok-cowok disana semakin terpesona padanya. Dan dari arah berlawanan tampak seorang gadis dengan rambut pendek sebahu yang berwarna ombre merah sedang berjalan dengan gaya angkuh. Diikuti dengan dua ekor kurcacinya dibelakang.
Tidak perlu dipertanyakan lagi perihal nama mereka, karena dua minggu sekolah di SMA Elang, memberi peluang untuk Joana mengetahui Siska dan antek-anteknya.
Siska dan dua kurcacinya itu hanya berlalu melewati Joana begitu saja. Tentu saja, Joana tidak se-terkenal di sekolahnya dulu. Hanya beberapa murid saja yang mengetahuinya.
Setelah sampai dikelasnya Joana duduk dikursi paling belakang. Gadis itu sudah ditunggu oleh Andria yang sedang menaikkan kaki keatas meja dan bersandar pada kursi sembari menghembuskan asap rokoknya.
"Masih pagi, Ri." Joana mengambil duduk disebelah Andria.
"Of course, emang yang bilang siang siapa?"
Joana menghela nafas, "kata nyokap gue, menghisap satu batang rokok di pagi hari sama dengan menghisap 10 batang rokok. Resiko lo kena penyakit bisa lebih besar."
Andria tidak menjawab, cewek dengan rambut dikuncir itu malah menghembuskan asap rokoknya tepat pada wajah Joana. "Bacot!"
Joana terbatuk-batuk, "heh oon, lo pengen gue mati ya?"
Andria terkekeh sebagai jawaban lalu mengeluarkan permen relaxa dari sakunya dan melemparkannya pada Joana. Namun sayangnya, Joana tidak tertarik pada permen itu. Maka ia biarkan saja permen itu jatuh menyentuh lantai.
Andria berdecak, "yailah permennya jatoh tuh, kebiasaan deh."
Joana tidak menghiraukan. Gadis itu hanya menatap sekeliling. Entah mengapa hal yang menjadi kebiasaannya selama dua minggu ini. Dan apa yang ia lihat sekarang masih sama betul dengan apa yang ia lihat pertama kali. Kebanyakan dari teman-temannya kelasnya sedang merokok, judi, coret tembok, bergosip, dan yang terakhir...dandan. Come on, ini sekolah!
Joana menatap Andria yang dengan sengaja menghembuskan asap rokok ke arahnya lagi. Cewek dengan gaya slengean itu hanya terkekeh geli melihat tampang datar Joana. "Belum terbiasa juga?" Kemudian merangkulnya, "party yuk, gue jamin abis itu lo bakal terbiasa."
Joana berdecak, "sorry to say but gue gak minat."
"Rugi, Jo, kalo cakep tapi gak dimanfaatin. Kalo lo ikut gue kesana sekali, gue yakin lo bakal banyak punya duit," Joana tau kearah mana pembicaraan ini, "lo cukup ikutin semua permainan gue."
Joana melepaskan rangkulan Ria. "Jangan ngaco, Ri. Gue mana mau ngelakuin itu. Gue kira lo udah cukup paham sama jawaban dan alasan gue. Tapi ternyata lo lebih parah dari yang gue kira."
"Ceilah jaman sekarang mana ada sih cewek baik-baik? Semua sama aja, Jo. Kita semua bakal berakhir sama."
"Diem deh lo, pembicaraan lo gak mutu," Joana bangkit dan kemudian berlalu meninggalkan kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
FALLING
Teen FictionWhen the day has no meaning without falling~ Jason adalah salah satu hal yang yang paling menyebalkan dalam hidup Joana. Jason adalah pengganggu yang memuakkan, pembuat onar yang ulung, dan orang paling gengsi yang pernah Joana temui. Mengenal Jason...