2. Jason

13 2 0
                                    

Joana masih saja menggerutu saat kakinya melangkah keluar kantin. Bagaimana tidak? Si cowok pemarah kurang ajar itu menyuruhnya membeli roti dan susu tanpa uang sepeserpun. Jadilah Joana harus menggunakan uang jajannya dan terpaksa tidak makan siang hari ini karna uangnya sudah habis.

Joana mengentak-entakkan kakinya kesal sembari melangkah menuju lapangan basket. Disana sudah terlihat si cowok pemarah yang tidak Joana ketahui namanya itu. Cowok itu sedang bermain bola basket bersama teman-temannya yang lain. Dan Joana melihatnya menyeringai ketika pandangan mereka bertemu.

"Mana pesenan gue?" Katanya sambil menenteng bola basket ditangan kirinya.

"Nih!" Joana menyerahkan roti dan susu kedelai pada cowok itu. Dan sudah akan berlalu sebelum makian yang terdengar.

"Woi geblek! Gue kan nyuruhnya roti keju, kenapa malah roti coklat jelek ini yang dateng?"

"Heh paku botak! Udah untung ya gue beliin, gratis lagi. Mestinya lo bersyukur bukannya ngelunjak kayak gini!"

"Roti ini gak sesuai pesanan gue! Gue berhak protes!" Kemudian cowok itu membuang roti yang Joana beli begitu saja. Seakan tidak ada Joana disana. Ah salah. Seakan perjuangan Joana tidak berarti apa-apa. "Beliin gue yang keju. Harus! Sekarang!"

Joana berang. Memangnya siapa yang dia suruh-suruh sekarang? Memangnya Joana budak?! Gadis itu kemudian menampar botol yang sedang ditenggak cowok itu hingga jatuh menyentuh permukaan keras lapangan.

Tentu saja cowok itu tersentak. Ia kemudian menatap marah Joana. "Apa-apaan lo?! Lo brani ngelawan gue hah?! Brani lo?!!"

"Emangnya lo siapa sampe gue harus takut?!" Joana bahkan balas meneriaki, "kalo lo mau, beli sendiri! Gue gak takut sama anceman lo!"

"Oh jadi lo gitu sekarang? Oke! Cewek murahan kayak lo emang pantes dikasik pelajaran!" Cowok itu kemudian menarik tangan Joana secara paksa. Tentu saja, Joana memberontak, namun sayang, kekuatannya kalah besar.

"Lepasin gue brengsek!!!"

Cowok itu kemudian membawa Joana ke tengah lapangan, menuju teman-temannya. Joana dilempar begitu saja hingga jatuh tepat pada kaki teman-teman basket cowok brengsek ini.

"Lakuin apapun ke dia! Bebas! Mumpung tu cewek udah gue bayar!"

Joana ternganga di tempat.

"Ah Jason mah sering nipu."

"Beneran, Jazz? Bebas nih?"

"Eh bukannya dia anak baru ya?"

"Wahhh mantap nih. Lumayan lah, cakep juga."

Begitulah sekiranya seruan yang dikeluarkan para laki-laki hidung belang dihadapan Joana. Ada sekitar empat orang cowok disana. Dan jika benar mereka akan melakukan apapun pada Joana, maka habislah cewek itu.

"Gue gak nipu! Dia udah gue bayar, jadi gak perlu sungkan. Anggap ini hadiah dari gue."

Cowok dengan nama Jason itu kemudian berlalu begitu saja. Meninggalkan Joana yang masih kesal ditempat. Cewek itu kemudian berdiri untuk mengejar Jason sebelum sebuah tangan menghentikan pergerakannya.

"Mau kemana cantik? Jangan kabur dong, kan udah dibayar." Demi Tuhan, Joana jijik melihat tampang cowok itu. Joana memberontak namun pegangan pada tangannya terlalu kuat. "Lepasin gue brengsek!"

Tiba-tiba cowok yang satunya lagi memegang tangan Joana yang bebas. "Sttt jangan berisik ya, kita main-main aja dulu. Oke?" Joana benar-benar sudah kalah. Tenaganya melawan satu cowok saja tidak cukup. Apalagi ini? Empat cowok!

"Anjing!! Lepasin gue!!!"

Joana bahkan sudah menendang-nendang, namun cowok-cowok didepannya itu malah terkekeh dan malah ada yang tertawa sebagai jawaban. Begitu terus sampai Joana enek ngeliatnya. "Gue gak pernah dibayar, bangsat! Lepasin gue!"

FALLINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang