Awalnya Joana mengira bahwa Jason akan meninggalkannya begitu saja karena kata Jason bahwa arah letak rumah mereka yang berbeda. Namun cowok tinggi itu malah tetap merangkul Joana sampai gadis itu pulang kerumahnya. Bahkan Joana yang sudah marah-marah karna tidak mau diantar, tidak dihiraukan Jason. Cowok itu tetap mengantar Joana sembari memotret dirinya dan Joana dengan kamera yang dibawanya.
Saat sampai dirumah, Joana sudah siap mengusir Jason sebelum cowok itu yang dengan lancangnya mengetuk pintu rumah Joana. Joana sudah akan tertawa melihat tingkah Jason. Karena pada saat itu, Joana berpikir mama tidak ada dirumah karena pergi bekerja.
Ya, mestinya seperti itu sebelum pintu terbuka dan wajah mama terlihat setelahnya. Joana sudah siap untuk mengusir Jason sebelum Mama dengan begitu saja mempersilakan Jason masuk. Mama sama sekali tidak menghiraukan delikan Joana saat itu.
Maka dari itu disinilah mereka berada. Joana dan Jason duduk berseberangan di sofa kecil ruang tamu Joana. Dan Joana sudah tidak sanggup melihat seringaian yang sejak tadi dilayangkan Jason padanya.
Dasar biadab!
Setelah menyakiti Joana di awal pertemuan mereka, sekarang cowok itu berakting jadi teman di depan mamanya. Yang bener saja!
"Apa lo liat-liat?! Dasar biadab! Masih punya otak lo hah?! Setelah apa yang lo lakuin sekarang lo ngaku-ngaku jadi temen gue depan mama. Emang pantes diinjek ya tu mulut. Lamis bener!"
"Lo marah nih ceritanya? Padahal baru tadi foto-foto bareng, udah keluar aja sifat iblis lo."
Joana berdecih. "Iblis? Yang lo bilang iblis siapa? Hello ngaca we! Anjing teriak anjing!"
"Joana jaga ucapan kamu," suara Jeni -mama Joana- menginterupsi pembicaraan mereka. Membuat Joana tidak tahan untuk membuang muka. Sekarang malah ia yang terlihat bersalah di depan mama. "Kalo temen main ke rumah, kamu gak boleh bersikap kayak gini. Nggak sopan, Jo."
Jason tersenyum penuh kemenangan.
Mama meletakkan minuman dan jajanan ringan dengan wadah toples itu di atas meja. "Jason, di rumah kita gak ada makanan ataupun minuman selain ini. Dimaklumi ya, nak."
Jason mengangguk sembari meminum teh manis buatan Jeni. "Ini aja udah enak kok, tante." Joana memberi tatapan mencemooh pada Jason. Merasa jijik dengan akting cowok itu. Dan sialnya, Jeni menyadarinya.
"Joana, gak baik kamu kayak gitu." Jeni menyentil kening Joana hingga cewek itu mengaduh. Dan Jason berusaha keras menahan tawanya. Membuat Joana memberi tatapan tajam pada cowok itu.
"Jason itu tamu, jadi harus dihormati." Jeni menatap pada Jason. "Jason, nanti kamu kalo mau apa-apa minta sama Joana aja ya. Tante mau pergi kerja sekarang."
Jason mengangguk sopan sebagai jawaban. "Iya, Tante. Terima kasih buat sambutannya."
"Emm... boleh tante tau nama panggilan kamu? Soalnya kalo manggilnya 'Jason' berasa manggil anjing tetangga sebelah." Joana terbahak. Sebentar karna delikan Jeni setelahnya.
Dan Jason juga sama terkejutnya. Tapi akhirnya menjawab juga. "Saya biasa dipanggil Jazz, Tante."
Jeni manggut-manggut mendengar jawaban Jason. "Bagus ya nama panggilannya. Kamu pasti suka musik Jazz." Tebak Jeni yang ternyata benar. Buktinya Jason tersenyum seraya mengangguk.
"Duh, bagusan nama Jason kemana-mana. Gampang ngingetnya tau, Ma. Tinggal liat aja tuh anjing sebelah, pasti langsung keinget deh mukaknya Jason. Kan sebelas dua belas noh. Sama-sama bermuka ANJING." Jeni melotot mendengar ucapan kasar Joana. "Jaga mulut kamu, Jo."
Joana sudah siap menjawab sebelum ucapan sok alim Jason yang terdengar. Benar-benar memuakkan. "Gapapa, Tante. Mungkin Joana masih marah."
"Apasih lo aneh banget. Marah apaan coba, orang gue biasa aja." Kata Joana judes. Jason melanjutkan. "Mungkin Joana marah karna saya tolak, Tante. Maklumlah anak gadis kalo udah ditolak galaknya kayak gimana. Ya begitulah, Tante."
KAMU SEDANG MEMBACA
FALLING
Teen FictionWhen the day has no meaning without falling~ Jason adalah salah satu hal yang yang paling menyebalkan dalam hidup Joana. Jason adalah pengganggu yang memuakkan, pembuat onar yang ulung, dan orang paling gengsi yang pernah Joana temui. Mengenal Jason...