Joana sudah siap dengan gaya andalannya dan tas pink yang menghiasi punggungnya. Setelah semua dirasa lengkap, Joana keluar kamar dan sudah melihat Mama yang tersenyum dengan hangatnya disana.
Mama mengelap tangannya ke celemek yang dipakainya lalu duduk di meja makan berseberangan dengan Joana.
"Gimana, Jo? Semua udah lengkap?" Joana mengangguk mengiyakan. "Mama jangan terlalu capek yah, nanti jadinya malah sakit."
Sang Mama mengusap rambut Joana lembut saat gadis itu menyesap susu putihnya. "Iya, sayang. Nanti berangkatnya hati-hati yah. Kalau mau nyebrang liat-liat."
Joana selesai dengan minumannya lalu mengecup tangan Mama untuk pergi menuju ke sekolah. "Joana berangkat. Mama jangan lupa makan sebelum pergi kerja."
"Loh kok cepet-cepet? Gak sarapan dulu? Padahal Mama udah masak nasi goreng telur asin kesukaan kamu."
Joana menggeleng pelan. "Nggak usah, Ma. Takutnya Joana telat. Joana berangkat ya."
Mama melangkah lebih dekat untuk kemudian mengecup kening Joana pelan. "Nanti jangan lupa makan di sekolah. Pas pelajaran jangan tidur, Mama gak mau punya anak bodoh." Demi Tuhan, Joana menahan diri untuk tidak mengeluarkan air mata.
Dari jarak sedekat itu, Joana bisa melihat wajah Mama yang lesu dengan kentara jelas. Joana mengangguk cepat sembari keluar rumah dengan langkah cepat.
Saat Joana merasa sudah terlalu jauh berjalan, barulah tangis gadis itu tumpah. Entah mengapa melihat Mama yang lelah dengan senyuman hangat itu, selalu membuatnya merasa sakit. Andai Joana bisa memohon, ia ingin keluarganya kembali seperti dulu. Ada papa, mama, yang selalu disampingnya.
Tapi hidup adalah hidup. Memang tidak pernah ada kan yang sempurna dalam hidup? Apapun yang terjadi saat ini, tugas Joana hanya menjalaninya. Mengeluh tidak ada gunanya, toh Joana yakin semua akan indah pada waktunya. Joana cukup harus menerima semua ini dengan lapang dada.
Joana mengusap pipinya yang basah lalu naik ke dalam bus yang memang sudah berhenti di depan halte.
Seperti biasa, Joana tidak mendapat tempat jadi cewek itu memutuskan untuk berdiri saja. Satu tangannya memegang hand grip dan satunya lagi sedang berusaha mengambil coklat yang kemarin ia beli dari ransel. Namun mata gadis itu tiba-tiba tertuju pada adegan tidak senonoh di depannya.
Seorang pria, di tengah keramaian, sedang memanfaatkan situasi tersebut untuk mengelus paha seorang siswi di depannya. Siswi itu tampak menunduk ketakutan, tidak berani melawan ataupun sekedar menepis.
Joana memutar mata malas. "Oh ayolah, ini masih pagi dan mata gue udah ngeliat beginian aja."
Karna Joana adalah salah satu cewek yang paling anti sama tindakan pelecehan, cewek itu pun akhirnya turun tangan. Tanpa ragu Joana merangsek masuk ke kerumunan hanya untuk menghadiahkan tendangan pada kemaluan pria mesum itu.
"Aduh! Apa-apaan kamu, hah?!!"
Joana menampar lelaki yang mungkin berusia 25 tahun itu.
"Lo yang apa-apaan disini! Tau gak sih lo kalo pegang paha anak gadis itu pelecehan?!"
Semua orang di bus sontak kaget mendengar teriakan Joana. Sang lelaki yang anggap saja namanya Mr. Mesum itu menggeleng keras. Berusaha menepis perkataan Joana namun cewek itu lebih dulu menamparnya lagi. Bahkan lebih keras.
PLAK!
"Gak ngaku lagi. Cowok lo, hah?! Turun sana! Orang kayak lo gak diterima disini!"
"Kamu jangan macam-macam ya! Saya gak pernah melakukan itu!"

KAMU SEDANG MEMBACA
FALLING
Teen FictionWhen the day has no meaning without falling~ Jason adalah salah satu hal yang yang paling menyebalkan dalam hidup Joana. Jason adalah pengganggu yang memuakkan, pembuat onar yang ulung, dan orang paling gengsi yang pernah Joana temui. Mengenal Jason...