Yoongi sebelumnya belum pernah mencoba untuk keluar dari rumah setelah pulang dari rumah sakit, kondisinya yang terbatas membuatnya tidak ingin menyusahkan banyak orang, Yoongi akan pergi menyapa para tetangganya setelah dia selesai dengan fisioterapi yang akan membuatnya lepas dari kursi roda dan bisa berjalan tegak.
Namun kali ini Yoongi menurut saat ibunya menawarkan untuk membawa Yoongi jalan-jalan di sekitar perumahan hingga ke ujung gang, tempat di mana Jimin menghabiskan waktu di ruang remang-remang. Yoongi tersenyum geli saat melihat papan nama bar milik Jimin. Hujan.
"Eomma ingin mengunjungi Nyonya Park sebentar, bagaimana kalau kau berbicara dulu dengan Jimin?" Yoongi hanya menganguk, sehingga dia menjalankan sendiri kursi rodanya ke dalam bar dan mendapati Jimin tengah duduk di belakang meja bertender dengan rokok terselip diantara jarinya.
"Sejak kapan kau merokok?"
"Sejak tidak ada lagi yang melarangku dan bertingkah menggemaskan kepadaku."
"Kau pasti merasa kehilangan aku juga begitu, tiba-tiba ada rasa penyesalan dalam benakku."
Jimin hanya terkekeh, kemudian mematikan rokoknya lantas menatap dekorasi ruangan yang terlihat menenangkan meskipun temaram.
"Aku ingin menyelidiki ulang, bisakah kau menceritakannya kepadaku, semua yang terjadi ?"
Jimin menghembuskan napas panjang, lantas tanpa sepatah kata pun mendorong kursi roda Yoongi menuju sebuah tempat.
Yoongi tidak protes, karena Yoongi tahu bahwa Jimin akan membawanya ke tempat yang benar. Sebuah bukit yang letaknya sebelum mulut pintu masuk, taman itu luas dan hijau dan tidak ada pemandangan rumah di sana.
"Aku baru tahu ada tempat seperti ini."
"Kau ini lucu sekali, Yoon. Kita sering berkumpul di atas bukit." Jimin menghentikan langkahnya lantas memposisikan diri di depan Yoongi, meminta Yoongi naik ke punggungnya. Yoongi hanya menurut, meskipun tidak enak karena menyusahkan Jimin yang harus menggendongnya menaiki bukit yang tidak terlalu tinggi itu.
"Dulu kita sering berkumpul untuk melihat matahari terbenam dan menunggu kejora datang." Jimin meletakkan Yoongi hati-hati lantas membaringkan tubuhnya sendiri sembari menatap langit yang mulai menjingga.
"Dulu Jungkook sering memintaku untuk memanggil Taehyung yang pulang dari pasar dari sini, Jungkook bilang ada urusan dan dia harus berada di rumah saat Taehyung pulang."
Yoongi hanya mengangguk pelan, kemudian pandangannya beralih kepada sosok Taehyung yang berjalan dengan cengiran dan langkah riangnya.
"Kim Taehyung!" itu suara Jimin yang langsung mendapat perhatian dari pemuda dengan keterbatasannya itu.
"Jimin! waah ada Yoongi ... Yoongi!" Taehyung melangkah dengan riang menaiki bukit kemudian tertawa setelah sampai di atas bukit.
"Kau begitu bahagia eoh?" Yoongi mencoba bertanya dan itu diangguki oleh Taehyung.
"Senang, karena bisa bertemu Jimin dan Yoongi."
"Kau dapat uang banyak hari ini?" Jimin bertanya untuk basa-basi, mencoba memancing pembicaraan tentang Jungkook.
"Banyak. Nanti ditambah dan beli gitar untuk Kookie ... Kookie suka gitar, pintar bermain gitar, suaranya merdu." Yoongi tersenyum mendengarnya, rasanya kata tidak beraturan itu lebih terasa tulus di indera pendengarannya.
"Kau akan menunggu Jungkook pulang?"
"Tidak, Jungkook sudah pulang kuliah." Yoongi merasakan keanehan, dia kembali mengingat umurnya saat ini yang baru beranjak 25 tahun dan jarak umurnya dengan Jungkook hanya 2 tahun. Yoongi menatap Jimin, meminta penjelasan.
"Memori Taehyung seolah berhenti di usia Jungkook yang ke dua puluh, itu adalah saat dia mulai masuk bangku kuliah dan saat Jungkook masuk penjara. Yoon, sebodoh-bodohnya Taehyung, dia tetap seorang kakak yang mengerti dan memahami bahwa adiknya sudah meninggal."
"Jimin ... aku lupa jika Kookie akan pergi ... dia bilang, dia akan pulang saat hujan." Yoongi kembali tertegun, berusaha memutar memorinya. "
Kau mengatakan hal yang berlainan kemarin." Yoongi mencoba mengeluarkan isi pikirannya, Jimin tersenyum sebelum mulai menjawab.
"Aku tahu, tapi aku tidak mengatakan bahwa Taehyung tidak tahu kalau Jungkook sudah meninggal."
"Darimana kau tahu, jika Taehyung sudah tahu?"
"Dia mengacaukan kantor cacatan sipil dengan racauannya. Dia adik laki-lakiku namanya Kookie dia akan pulang saat hujan. Itu yang dikatakannya saat itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Menunggu Hujan (FF BTS)
FanfictionIni tentang seseorang yang menunggu hujan, mencoba menagih janji kepada seseorang yang menjanjikan akan pulang saat hujan. FF ini ada rules dan challengenya.. wkwk