3. Just One Day

3.8K 425 20
                                    

Jungkook memegang kemudi sembari sesekali melirik ke arah gadis di sampingnya. Jungkook tersenyum, melihat Rose yang tengah bernyanyi ria bak anak kecil yang sangat antusias karena diajak berlibur.

Sungguh menggemaskan.

"Kau terlihat bahagia sekali." Jungkook membuat Rose yang asik bernyanyi diam seketika.

Rose mengerucutkan bibirnya. "Tentu saja. Bagaimana bisa aku tidak bahagia pergi bersamamu."

Jungkook mengulas senyum tipis. Senang mendengar ucapan manis Rose sekaligus sedih karena mengetahui ini adalah hari terakhir mereka dapat menghabiskan waktu bersama. Setidaknya sampai 3 bulan kedepan.

"Kenapa wajahmu tiba-tiba muram begitu?" Tanya Rose menyadari perubahan air muka Jungkook.

Jungkook menghela nafas. "Aku tak menyangka kita akan berpisah secepat ini."

Rose mengusap pundak Jungkook lembut. "Jung, ini hanya sementara. 3 bulan bukan waktu yang lama.

"Takdir juga telah mempersatukan kita begitu cepat. Aku rasa ini impas." Rose kembali menyunggingkan bibirnya.

"Berjanjilah padaku kau akan menunggu Roseanne Park"

"Tentu."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

4 Jam berada di dalam mobil dengan hawa dingin yang cukup menyiksa dan alunan lagu ballad membuat Jungkook merasa jenuh akan aktivitasnya. Demi mengajak kekasihnya untuk melihat aurora menakjubkan Jungkook rela menyetir di tengah bekunya udara. Menyetir dalam suasana musim dingin seperti ini sebenarnya bukan sesuatu yang Jungkook sukai. Atau justru malah ia benci? Kalau bukan karena ia ingin membuat hari terakhir bersama Rose berkesan, mungkin Jungkook lebih memilih untuk menikmati cuaca ini di balik selimut hangat dan penghangat ruangan.

Tangannya nyaris kaku dan beku karena dingin dan lamanya ia menyetir. Penghangat di mobil ternyata kurang berpengaruh.

"Jung, kau tidak mau istirahat? Sudah 4 jam kau menyetir." Tanya Rose khawatir.

Jungkook tertegun melihat Rose yang telah terbangun dari tidurnya. Beberapa menit yang lalu ia masih tidur dengan wajah cantiknya. Sungguh, Rose sangat cantik saat tertidur. Jungkook sampai ingin terus memandanginya, namun ia kembali tersadar karena harus berkonsentrasi untuk menyetir.

"Kau sudah bangun?" Jungkook berusaha tersenyum di tengah udara yang membuatnya enggan tersenyum.

"Sudah. Kau tahu? Aku bermimpi indah tadi."

Jungkook menaikan sebelah alisnya. "Memimpikanku?"

Jungkook terkekeh.

Rose mencubit perut Jungkook membuat pria disampingnya itu terbahak karena geli.

"Kau peramal ya?"

"Iya." Jawab Jungkook asal. "Kau ingin aku ramal?"

"Cih, mana mungkin bisa."

Jungkook menghentikan laju kendaraannya dan menepi di pinggir jalan.

"Tatap mataku biar kuramal." Jungkook menatap Rose lekat sedikit malu karena tindakannya sendiri.

Rose mulai menatap Jungkook. Rasanya ia tak kuat harus berpandangan selama ini. Rose kemudian menunduk dengan wajahnya yang memerah.

"Kenapa menunduk seperti itu, aku tak bisa meramalmu kalau begitu sayang." Jungkook menaikan dagu Rose, mensejajarkan kembali pandangan Rose padanya.

"K-kalau begitu cepat ramal aku." Rose berbicara cepat bak seorang rapper pro.

"Aku ramal 3 bulan lagi kita akan menikah." Jungkook nyengir-nyengir. "Dan kita akan punya anak kembar yang cantik dan tampan seperti kita."

LISTEN TO ME | RoseKook ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang