11. Hurt

2.7K 330 17
                                    

Jisoo tak mengerti. Kenapa belakangan ini ia dipertemukan oleh kebetulan-kebetulan yang memuakan. Ya, akhir-akhir ini ia kerap kali melihat Yoongi dan Rose bermesraan tanpa sengaja. Entah saat berkunjung ke universitas Hoseok, mengunjungi cafe, atau berjalan-jalan di taman. Jisoo tak tahu kenapa Tuhan memperlihatkan kebetulan-kebetulan ini padanya.

Apa mereka sudah baikan?

Jisoo menghirup udara di sekitarnya dalam-dalam. Merilekskan pikiranya sejenak. Jika dipikir-pikir, Jisoo tak seharusnya memikirkan hal ini. Ini sama sekali bukan masalahnya. Namun, mengingat wajah sendu Jungkook yang selalu pria itu tampilkan. Membuat Jisoo seakan terseret dalam masalah ini.

Karena masalah Jungkook, masalah Jisoo juga.

Jungkook berubah. Well, Jisoo sangat menyadari hal itu. Murung menjadi ekspresi favorite Jungkook saat ini. Bibirnya yang biasa mengeluarkan candaan dan kata-kata manis berganti dengan kata-kata umpattan atau hanya diam membisu tak berbicara sama sekali.

Jisoo tak menyangka gadis bernama Rose itu akan sangat mempengaruhi kehidupan Jungkook.

Pasti ia sangat mencintainya.

Memikirkannya membuat kepala Jisoo berkedut sakit dan sedikit sesak.

"Hei, wajahmu semakin pucat, istirahatlah Jung," pinta Jisoo melihat pemuda pucat itu masih sibuk memainkan pensilnya pada atas kertas sketch.

Jungkook menggeleng lalu tetap melanjutkan pekerjaannya. Jika ia berhenti, sama saja ia membiarkan Rose kembali memasuki pikirannya. Pekerjaan ini justru membuatnya bisa sedikit terhindar dari bayangan Rose. Walau tidah sepenuhnya.

Suara pintu terbuka membuat Jungkook dan Jisoo kompak menolehkan kepala ke arah sumber suara. Disana ayah Jungkook berdiri dengan kedua tangan menyilang.

"Jung, kau benar-benar tidak mau menemuinya? Dia bersikeras ingin menemuimu."

Menemui gadis itu? Jangan harap

"Tidak. Suruh saja dia pergi."

Ayah Jungkook menghela nafas. Tak mengerti jalan pikiran anaknya ini.

"Kau ada masalah dengan Rose?"

"Apa sikapku belum menjelaskan semuanya?" Tanya Jungkook dingin.

Ya, semua sudah cukup jelas.

"Baiklah, ayah akan suruh dia pergi. Tapi—apa kau tidak tega mengusirnya berkali-kali. Dia sudah empat kali datang ke sini."

"Mau seribu kalipun aku tak peduli."

Ayah Jungkook menghela nafas sebelum akhirnya memutuskan untuk keluar meninggalkan Jungkook dan Jisoo di dalam. Jisoo masih menatap cemas Jungkook yang terlihat amat kacau.

Ya, mungkin harus seperti ini. Jungkook tak perlu membukakan pintu. Karena di luar sana, Jisoo masih kerap kali mendapati Rose dan Yoongi berhubungan. Akan lebih menyakitkan jika Jungkook membiarkan gadis itu masuk lagi ke dalam kehidupannya. Pikir Jisoo.

"Jung."

"Hm?"

"Aku harus ke kantor sebentar lagi. Aku pamit. Kau tidak papa kan?"

"Iya. Hati-hati."

Jisoo tersenyum kecut sebelum menghilang dari balik pintu. Jungkook hanya membalas dengan ekspresi datar.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Entah sudah berapa lama Jungkook berkutat dengan sketchbook beserta pensilnya. Biasanya, Jungkook akan bosan jika harus berhadapan dengan benda-benda itu berjam-jam lamanya. Namun untuk kali ini, ia tak bosan sama sekali.

LISTEN TO ME | RoseKook ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang