Jakarta.
Senin, 13 Februari 2012Pagi itu lautan manusia tampak memenuhi lapangan, entahlah tapi Irene mulai khawatir ketika dia melihat kerumunan orang banyak disekitar Andromeda.
Ada begitu banyak pertanyaan yang muncul.
Apa yang terjadi?
Kenapa pagi ini ada begitu banyak orang yang menengok pohon tua itu?
Apakah Andromeda akhirnya bisa menarik perhatian siswa dan siswi SMA Sentosa?Dan napas Irene tertahan ditenggorokannya ketika dia mendengar bisik-bisik dari penghuni SMA Sentosa..
".. Ah akhirnya sumber sampah ini akan ditebang"
Huh?
"Perlu waktu yang lama bagi pihak sekolah untuk memutuskan ini"
Ha?
"Ah akhirnya tidak ada lagi daun brengsek yang akan-
Dan cukup!
Tak ingin mendengar itu lagi, Irene pun segera menerobos kerumunan orang-orang itu- dia harus mencegah mereka apapun resikonya.
"Hentikan ini" ucap Irene saat dia berhasil lepas dari barisan orang-orang itu.
Dan diam..
Sejenak keheningan membungkus atmosfer di tempat itu.
Mungkin ada yang tak menyangka bahwa seorang Irene Bae bisa dengan beraninya berbicara seperti itu pada orang nomor satu di sekolah itu.
"Apa yang kau maksudkan nona muda?" pelan Kepala Sekolah sambil memilin pelan kumis tebalnya
"Pohon ini pak... Jangan ditebang"
Dan lagi-lagi hening.
Sejenak hening untuk beberapa saat sampai akhirnya..
Suara tawa yang berat bernada bergema mantap disekitar sana.
"Apa hakmu menyuruh saya untuk tidak menebang rongsokan ini?"
Dan..
Uh..Entah kenapa Irene benar-benar merasa tersinggung dengan cara yang dipakai sang Kepala Sekolah saat beliau meng-alamatkan pohon itu.
Sebuah pohon besar yang memiliki koneksi dengan Irene.
Pohon yang menjadi saksi banyak hal.
Pohon yang menyimpan kenangan.
Pohon yang memiliki nilai sentimental yang cukup tinggi untuk Irene.
".. Pohon ini berharga"
Kepala Sekolah lagi-lagi mendengus,
"Berharga? Berapa harganya? Apakah pohon ini punya nilai jual yang tinggi?" ucapnya berseri-seriEntahlah tapi Irene bersumpah, dia melihat binar-binar keserakahan dimata orang itu.
'Menjijikan' Batin Irene kesal
Dia ingin mengumpat, dia ingin memaki, dia ingin marah..
Tapi yang dia tau saat ini, menunjukan amarah bukanlah keputusan yang tepat.
Dia harus bisa mengambil hati kepala sekolah.
"Pak kumohon.. Jangan bunuh sumber oksigen kita"
Pak tua itu sejenak menatap Irene dengan skeptis sebelum akhirnya dia tersenyum sinis dan terkekeh sejadi-jadinya.
"Keputusan sudah bulat, Andromeda harus pergi besok pagi"
Dan.. Boom.
Dada Irene sesak, baru kali ini dia begitu terikat dengan sesuatu yang tidak bisa bicara dan bergerak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Robot, Cyborg, atau Manusia?
Teen FictionIrene pun menatap Seulgi lekat-lekat. Ada makna dibalik tatapan yang tak biasa itu. Dan benar saja, jantung Seulgi serasa diajak lari keliling Indonesia saat sang pujaan hati berucap.. "Ya, aku mau" ----