Jakarta
Rabu, 17 Agustus 2011Suasana putih pucat dan bau obat-obatan begitu menyengat bagi hidung Irene, benar saja pada saat ini dia tengah terbaring diatas kasur ruang UKS. Kasur yang tak begitu empuk namun cukup nyaman untuk Irene. Sakit di kepalanya semakin berkurang, itu karena tadi dia sudah meminum obat yang diberikan oleh dokter yang sedang bertugas di ruang UKS itu.
Irene memejamkan matanya, merasa lebih relaks pada setiap detik yang berlalu.
"Pergilah ke kelas" bisik Irene pada Seulgi
Ya tentu saja Kang Seulgi masih setia menemaninya.
"Nanti" ucap Seulgi sambil bersandar penuh pada sandaran kursi yang tengah dia duduki.
Irene pun menghela napas,
"Pergilah, temui Pak Kepala Sekolah. Dia sedang mencarimu.." pintah Irene dengan pelanYa memang sedari tadi nama Seulgi tengah diteriakan di mikropon Sekolah, namun tak ada yang tau dimana Seulgi berada. Mungkin ada beberapa siswa yang tau namun mereka tak berani melaporkan keberadaan Seulgi pada Bapak Kepala Sekolah yang tengah mendidih dengan amarah itu.
"Aku akan menemuinya tapi saat ini ada yang jauh lebih penting dari bertemu dengannya"
Masih memejamkan matanya, Irene pun mengerutkan dahinya.
"Apa yang lebih penting dari menemui orang nomor satu di sekolah ini?" tanya Irene penasaranSeulgi menatap Irene, gadis dengan mata monolid itu menatap wajah gadis yang tengah memejamkan matanya itu.
"Menemanimu, itu yang lebih penting."
Irene pun terkekeh,
"Aku tak ingin seorang teman Kang""Tapi kau butuh"
Pernyataan singkat Seulgi itu membuat Irene segera membuka matanya lebar-lebar. Huh? Apakah Kang Seulgi baru saja mengatakan sesuatu yang berada diluar kehendaknya? Apakah Kang Seulgi baru saja melewati batas?
"Kau tidak punya hak untuk berkata seperti itu" pelan Irene kali ini duduk dari posisi tidurnya
Seulgi beberapa kali mengedipkan matanya, ah mungkin dia salah.
"Aku minta maaf, aku benar-benar minta maaf" bisik Seulgi lengkap dengan wajah datarnya.
Astaga.
Irene sendiri tak tau, apakah dia harus percaya bahwa kata maaf dari Seulgi itu benar-benar tulus? Apakah ada orang yang memohon maaf dengan wajah datar tanpa ekspresi itu?
Irene pun menatap Seulgi,
"Bisa tolong ambilkan air? Aku haus" pelan Irene tak mengubris perkataan maaf Seulgi.Seulgi segera mengangguk dan langsung berdiri untuk mengambilkan Irene air. Seulgi mengambil satu gelas air mineral dengan kemasan plastik lengkap dengan sedotannya. Seulgi pun kembali berjalan menghampiri Irene yang terlihat setengah berbaring.
Irene mengerutkan dahinya ketika dia melihat, Seulgi berjalan dengan pincang. Ah.. Mungkin kakinya benar-benar terkilir saat didorong Bobby hinggah jatuh tadi.
"Ini Rene-
"Kakimu kenapa?" sanggah Irene segera memotong perkataan Seulgi.
Seulgi menatap datar kakinya sebelum akhirnya dia mengangkat kedua pundaknya.
"Mungkin sedikit terkilir" ucapnya enteng sambil memberikan segelas air mineral itu pada Irene.
Irene mengangguk dan berbisik; Terima Kasih pada Seulgi, dengan itu dia mulai meneguk minumannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Robot, Cyborg, atau Manusia?
Novela JuvenilIrene pun menatap Seulgi lekat-lekat. Ada makna dibalik tatapan yang tak biasa itu. Dan benar saja, jantung Seulgi serasa diajak lari keliling Indonesia saat sang pujaan hati berucap.. "Ya, aku mau" ----