Bagian III. Manusia: 3. Ini duniamu?

879 214 92
                                    

Jakarta.
Senin, 20 februari 2012.


Hari itu Seulgi dan Irene duduk dibawah Andromeda, Seulgi sibuk bermain-main dengan kertas sedangkan Irene sibuk membaca buku.

Suara yang Seulgi ciptakan karna kertas-kertas itu benar-benar mengganggu konsentrasi Irene.

Irene pun menarik napas,
"Hey berhenti" pelannya sambil memegang jemari tangan Seulgi yang sibuk melipat kertas itu menjadi beberapa bagian.

"Sebentar rene, aku sedang membuat pesawat"

Irene pun mengalihkan perhatiannya pada Seulgi, sejenak menatap mata monolid yang saat itu tengah membalas tatapan matanya.

Menarik napas lagi, dia pun kembali berucap..
"Baiklah"

Tak menunggu lama, suara Seulgi pun kembali terdengar.
"Ya selesai"

Irene tersenyum kecil,
"Horeee" ucapnya tanpa mengalihkan pandangan dari buku yang berada di tangannya.

"Aku akan menerbangkan pesawat ini"

Irene pun mendengus,
"Iya iya"

Seulgi meniup ujung kertasnya, sebelum tangannya berayun dengan perlahan—melempar kertas itu ke atas dan membiarkan angin membawa pesawat kertas itu.

"Kenapa harus ditiup? Itu tidak berpengaruh sama sekali Seulgi" pelan Irene

"Aku memberikan napasku, supaya pesawatnya bisa terbang lebih lama"

"Pft konyol.."

Seulgi pun menatap Irene,
"Dirimu lah yang konyol rene"

"Huh? Kenapa?" bingung Irene mengerutkan dahinya

".. Karena kau tak pernah memberikan kesempatan pada seseorang yang benar-benar menyukaimu"

"..."

"Tapi rugimu rene"

"Kenapa?" tanya Irene sekali lagi

"Karena setiap kali kau mengabaikan perasaan orang ini, kau kehilangan kesempatan untuk bersama dengan orang yang akan benar-benar membuatmu bahagia"

Sejenak hening, hening untuk beberapa saat sampai akhirnya Irene pecah dalam tawa.

"Percaya diri sekali anda"

"Percaya diri itu perlu" balas Seulgi dengan senyum kecil diwajahnya

Irene pun menutup bukunya.

Tawa diganti dengan senyum segaris yang begitu mempesona.

Dia lalu menatap Seulgi,
"Kang Seulgi aku punya beberapa pertanyaan yang harus kau jawab"

Seulgi pun kembali mengalihkan perhatiannya pada Irene, menatap kedua bola mata dengan warna yang begitu menenangkan itu.

Dan Seulgi?
Seperti terhipnotis dia pun segera mengangguk.

"Apapun untukmu" pelannya

Irene memutar bola matanya namun masih dengan senyum yang betah bersarang diwajahnya.

Dan..
Dia pun mulai menjabarkan pertanyaannya.

"Beberapa bulan lalu kau memberikanku sepucuk surat kosong. Kenapa?"

"Karena itu menyangkut perasaan ku"

"Tapi kertasnya kosong, jadi itu artinya kau tidak memiliki perasaan apa-apa terhadapku?" tanya Irene sambil memicingkan matanya

"Tidak rene"

Robot, Cyborg, atau Manusia?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang