Jakarta
Senin, 21 November 2011Seulgi menguap, dia sedang duduk diatas pohon, punggungnya bersandar dengan nyaman pada batang besar Andromeda. Angin berhembus kencang disana.. Rambut hitamnya tergerai- teracak-acak namun tetap terlihat mempesona.
Pena terselip dibelakang telinganya.
Gadis dengan mata monolid itu kembali menguap dan merenggangkan otot-ototnya yang kaku.
Ah..
Rasanya dia ingin tidur disana, suasananya begitu menenangkan.Seulgi pun menengok keatas namun dia segera mengerutkan dahinya ketika dia melihat dedaunan Andromeda berjatuhan- bagaikan hujan yang turun ke bumi.
Namun kali ini.. Daun-daun hijau itulah yang memenuhi kepala Seulgi.
"Apakah Andromeda begitu menarik di matamu?" tiba-tiba terdengar suara seseorang.
Seulgi mengangguk- matanya kali ini menengok keatas langit biru.
"Menarik.." ucap Seulgi pelan
Lalu mengalihkan perhatiannya pada gadis yang berada dibawah.
"Tapi tidak se-menarik dirimu.. Hai Irene" lanjut Seulgi
Irene pun mendengus.
"Kau aneh.."
Ah..
Aneh.Nada yang digunakan Irene mungkin terdengar ketus namun Seulgi jelas bisa melihat sebuah senyuman kecil terukir indah disana.
Terukir dengan sempurna diwajah gadis yang menarik perhatian Seulgi.
Dan sejenak hening, seketika tempat itu menjadi ruang hampa suara.
Dunia seperti..
Dunia seperti menyaksikan pertemuan antara dua orang yang saling bertolak belakang itu.
Seulgi menghela napas, melihat Irene berdiri dibawah sana.. Selalu membuatnya merasakan sesuatu yang sulit untuk dia jelaskan.
"Irene Bae, apa kabar?" bisik Seulgi memecah keheningan.
Irene lagi-lagi mendengus..
"Pertanyaan yang aneh dari orang yang aneh" ucapnya sambil terkekeh pelan.Irene menyelipkan rambutnya dibelakang telinganya lalu tersenyum pada Seulgi.
".. Tapi aku baik-baik saja, terima kasih untuk pertanyaannya" lanjut gadis cantik itu
Seketika rasa kantuk Seulgi hilang..
Rasa kantuknya seperti hilang dibawa pergi oleh angin.
Seulgi pun menghela napas dan menghembuskannya dengan perlahan.
"Kau cantik Irene" pelan Seulgi dibawah napasnya
Mendengar itu, Irene sedikit membulatkan matanya...
Mendengus, mendecih.. Menggigit bibirnya.
Dan entah kenapa, dia menyukai itu.
"Ini pertama kalinya aku mendengar seseorang berkata seperti itu padaku" pelan Irene- tersipu malu.
"Huh?"
Itulah kata yang keluar dari bibir Seulgi sebelum akhirnya, gadis dengan wajah datar itu turun dari pohon.
Dan berjalan menghampiri Irene.
"Bagaimana mungkin?" mulai Seulgi- matanya tak pernah meninggalkan Irene.
Irene mengangkat pundaknya; sebagai jawaban untuk pertanyaan Seulgi- yang berarti dia pun tak tau.
Entahlah.
Tapi yang pasti, Seulgi adalah satu-satunya orang yang secara transparan memuji paras indah Irene.
KAMU SEDANG MEMBACA
Robot, Cyborg, atau Manusia?
Teen FictionIrene pun menatap Seulgi lekat-lekat. Ada makna dibalik tatapan yang tak biasa itu. Dan benar saja, jantung Seulgi serasa diajak lari keliling Indonesia saat sang pujaan hati berucap.. "Ya, aku mau" ----