Chapter 10: Lonely

2K 241 6
                                    

Notes: sekalian double up hehe.

Chapter 10

***

Jimin pergi ke salah satu halte. Hari ini masih musim salju. Jimin hanya bisa merasakan hawa dingin dan sakit di hatinya. Ia tau kalau ia robot. Ia harus menjadi robot yang lebih berguna sekarang karena ia sudah berpisah dengan keluarganya.

.

Bangtan House,

"Aku sama sekali tidak percaya dengan ini! Aku benci sekali! Aku menyesal menuruti perintah waktu itu. Sekarang pekerjaan kita!" Namjoon hanya bisa marah sambil mondar mandir.

Tapi rasanya tanpa Jimin, rumah itu tampak sepi.

.

'Data Scanning'

'Kim Namjoon
Kim Seokjin
Min Yoongi
Jung Hoseok
Kim Taehyung
Jeon Jungkook'

'Melakukan aktivitas rutin seperti biasa. Tingkat emosi naik dan turun.'

"Aku tau kalian masih masih kecewa. Tapi aku akan mencoba melindungi kalian." Lirih Jimin. Jimin langsung mencari jejak keberadaan Min dan Ara.

*PIP*

'Berada di markas mereka di suatu ruangan Kang Corp.'

Jimin berpikir sejenak. Kalau Min dan Ara bisa meledakkan Bangtan Corp mengapa ia tidak? Jimin langsung pergi ke tempat itu.

.

"Aku harap kalian mati disini juga." Jimin melempar sesuatu. Lalu ia langsung pergi dan menutup kepalanya dengan jaket hoodie yang dia pakai.

*DUARR*

"Begitu mudah." Jimin berjalan dengan santai keluar dari halaman Kang Corp. "Kau kira kita mati di dalam?" Min dan Ara langsung ada di hadapan Jimin.

Jimin hanya menatapnya sinis. "Aku sedang tidak ingin melakukannya sekarang. Pergilah urusi dirimu."

"Ketauan kah? Jadi mudah misi kami menghancurkan mereka." Mendengar itu amarah Jimin meledak.

Ia langsung sprint. Pertama ia menendang Ara kedua ia meninju Min. Ia bergerak dengan sangat cepat.

Jimin mendatangi Ara. Matanya sudah berwarna ungu. "Enyalah kau sialan." Ia menginjak kaki Ara dengan sangat kuat.

"Kau ingat dengan ini?" Tangan Jimin berubah menjadi pisau seperti yang dilakukan Ara. Jimin langsung memotong kaki Ara. Ara hanya bisa meringis kesakitan.

Dan ia langsung datang ke Min. "Kau masih ingat dengan Kim Jong-Dae atau bisa dibilang Chen itu? Ini dendamnya."

*Bugh*

Jimin menendang muka Min seperti yang Min lakukan pada Chen. Ia langsung pergi. Jimin menghabisi keduanya dengan amarah yang sangat ia pendam dari dulu. Ia merasa lega karena bisa ia hempaskan.

.

Tomorrow, 30 December,

Jimin masih seperti biasa duduk di halte. Ia terus melihat keseharian anggota Bangtan dengan pendeteksinya. Jimin masih sakit hati. Tapi ini juga salahnya.

Ia melihat tanda-tanda Min dan Ara di sekitar Bangtan House. Amarah Jimin meledak lagi melihat mereka. Jimin langsung sprint untuk menghabisi mereka.

Hari demi hari juga berlanjut. Jimin masih sama. Di halte melihat anggota Bangtan dan memeriksa keadaan mereka. Jangan lupa dengan Ara dan Min.

Jimin lelah dengan ini semua. Ia langsung pergi ke suatu tempat. Dengan berjalan diguyuran musim salju.

.

Bangtan House,

Mereka semua masih seperti biasa. Hancur. Tapi sekarang keadaan mereka membaik. Mereka mendengar ada ketukan pintu dari rumah mereka.

Seokjin yang mendengar itu langsung membuka pintu. Ia langsung terkejut dan berteriak.

Yang lain yang mendengar teriakan itu langsung menghampiri Seokjin. Ia melihat tidak ada Seokjin di depan pintu.

"Hello baby."

*bugh*

*dugh*

*bugh*

*dugh*

"Ara bawa mereka ke tempat persembunyian kita." Ara mengangguk. Ara mengikat semua lengan mereka dan menutupi mulut mereka. Ara sudah siap dan pergi.

"Ara. Jimin belum mengetahuinya kan?" Ara mengangguk. "Belum sama sekali, Chagi." Ucap Ara sambil tersenyum manis ke Min.

"Kau berani menggodaku heum? Ayo pergi." Mereka semua membawa anggota Bangtan yang dihabisi dengan Ara.

"Kita apakan mereka Ara?"

"Jimin lemah dengan ini, Chagi. Kita beri tau Jimin. Dia akan lemah nanti." Ucap Ara. Dan tentunya Min setuju dengan ide Ara.

"Tapi biarkan mereka tersiksa dulu chagi." Min tersenyum. "Tentu saja sayang."

.
.
.

"Profesor. Semuanya sudah terungkap." Jimin kembali ke rumah professor. Profesor hanya menyabarkan Jimin.

"Jiminie.. Mau sup?" Jimin mengangguk dan tersenyum.

"Jiminie harus kuat. Sepertinya Bangtan sedang dalam masalah. Jiminie kau harus melindungi mereka walaupun dengan nyawa terakhirmu. Aku tau mereka akan menyesal." Ucap profesor.

"Jimin memang selalu melindungi mereka walaupun telat. Tapi.. Aku takut telat lagi."

Profesor melempar sesuatu ke Jimin. Sebuah kertas.

"Apa ini profesor?" Tanya Jimin. Tapi profesor hanya menyuruh Jimin membacanya.

"Alamat? Alamat markas barunya kah?" Profesor mengangguk. "Selamatkan mereka." Jimin kebingungan.

"Apa maksudmu?"

"Datang dan selamatkan mereka. Mereka membutuhkanmu walaupun ada rasa benci di benak mereka. Mereka tetap saja tidak bisa kehilanganmu."

Jimin terdiam sejenak. Profesor mengasih Jimin sesuatu lagi. Senjata.

"Bawa pistol, pisau, granat itu. Mungkin kau membutuhnya." Ucap Profesor. Isinya memang banyak. Tapi Jimin harus siap menggunakan semua kekuatannya untuk mereka.

"Baiklah. Aku akan menyelamatkan mereka walaupun nyawaku sendiri yang akan hilang." Ucap Jimin. Ia bersiap-siap san bersiap untuk melawan Ara dan Min.

Jimin langsung pergi ke tempat persembunyian Ara dan Min. Sebenarnya Jimin tau mereka diculik tapi Jimin ingin meminta saran dari profesor.

"Nyawaku demi bangtan. Baiklah. Aku siap. Aku sudah lelah. Aku memang robot perang bukan? Baiklah kali ini aku sudah siap untuk perang."

Jimin memilih jalan santai daripada sprint. Tenang ia bisa tau kalau anggota Bangtan disiksa dengan pendeteksinya.










TBC

Double up kan?? Spesial ini =)
Mendekati perlawanan dan ending semoga happy ending ya guys =)

Vote and Comment!

(REVISION VERSION)

bot 107 | park jimin ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang