Prolog

39 10 0
                                    

" Yah, bun. Kenapa kita harus pindah ke sini sih ? Kan enakan tinggal di Bandung. "

Sepasang suami istri itu hanya saling melirik. Tetap enggan memberikan sebuah alasan mengenai kepindahan mereka dari kota kembang ke kota lunpia. Mendengarkan protes anak gadis mereka tanpa mau menjawab.

" Ish, enak di Bandung tahu. Kan mas Dava ada di sana. Kak Aby juga masih sekolah di sana. "

Kali ini sang bunda yang tersenyum pada anak gadisnya itu. Menarik nafas perlahan, mencari kata yang tepat sebagai jawaban atas protes anak gadis yang akan masuk ke bangku menengah atas itu.

" Di sini juga enak loh sayang. Adem, sama kayak di Bandung. " jawab sang bunda sambil menatap anaknya itu dari kaca spion yang ada di dalam mobil. Tertawa renyah melihat wajah cemberut anaknya.

" Kamu bakalan punya banyak teman di sini. " Sambung ayahnya yang ikut tertawa setelahnya.

Tidak ada jawaban dari kursi penumpang di belakang.

Gadis remaja itu memilih memejamkan matanya. Bukan, dia tidak tidur. Hanya ingin menutup matanya saja sambil memikirkan ucapan ayah dan bundanya. Karena dia tahu mencoba menyanggah kalimat orang tuanya pasti dirinya akan tetap kalah di akhir perdebatan.

Mungkin ayah sama bunda ada benarnya juga.

♥♥♥

" Ya gue nggak mau tahu. Gimana caranya supaya mama sama papa bisa rujuk lagi. "

Wajah mereka tidak sama. Hanya sedikit yang mengetahui kalau kedua remaja laki-laki yang sedang duduk saling berhadapan itu kembar. Yang satu dengan pakaian yang sangat rapi yaitu celana jeans dan kemeja abu polos. Sedangkan yang satunya hanya memakai celana jeans selutut dengan kaos oblong warna hitam. Keduanya sama-sama ganteng.

" Makanya bantuin mikir. Kamu kira aku enggak bosan apa selalu dengar mama panggil namamu. "

" Ya sama Revan. Papa sering ngebandingin gue sama lo cupu. "

" Je, gimana kalau kamu sekolah di sini aja. Tinggal sama aku dan mama. "

Sejenak remaja laki-laki bernama Jevan itu terdiam. Kemudian menjentikkan jarinya. Tersenyum licik menyetujui perkataan sang adik kembar.

" Ide bagus Van. Hari ini gue ngomong sama papa. Siapa tahu dengan cara ini papa sama mama.... "

" Sepemikiran. " Ucap keduanya hampir bersamaan.

♥♥♥

" Aduh apa ya ? Masa pakai tas pink lagi. Kayak masih SMP dong. "

" Udah belum sih sayang pilih tasnya ?"

Menggeleng. Gadis remaja itu masih sibuk membandingkan beberapa warna tas yang sekiranya cocok untuk dia pakai.

" Aku bingung mi. Masa pakai warna pink lagi. Kan bosen. "

Maminya hanya tersenyum. Putrinya memang selalu begitu. Suka dengan satu hal dan sangat sulit untuk move on dari sesuatu yang dia suka.

" Ambil saja mana yang kamu suka. Pink lagi kan tidak ada masalah. "

" Thank you mami. "

♥♥♥
















Maaf kalau prolognya belum sesuai keinginan para pembaca.

Much Love,

VanilaaMei

Sweet Seventeen //PAA(2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang