11| Moment 2

5 3 0
                                    

come again semuanya.

Tidak banyak cuap-cuap sebenarnya. Cuma mau kasih tahu kalau aku berencana menamatkan ceritaku satu per satu. Dan akan dimulai dengan cerita "Sweet Seventeen" ini. Ceritaku yang sebelumnya yang sudah tamat yaitu "Crysan". Monggo bagi yang mau baca. Oke, setelah cerita ini tamat, akan dilanjut dengan ceritaku yang lainnya untuk ditamatkan. Setelah itu aku mau up ceritaku yang masih nongkrong di draft work-ku.

Oke cuss ah baca,

•••

Rasyel kembali mamatut wajahnya di depan cermin. Memutar badannya layaknya seorang model. Memastikan bahwa dirinya sudah cantik untuk pagi ini. Bukan apa-apa, tadi kedua kakaknya secara tidak langsung memaksa dia untuk ikut jalan-jalan. Entah jalan-jalan kemana, Rasyel sendiri tidak tahu. Cewek ini tersenyum puas melihat tampilannya.
Kaos putih panjang bergaris horizontal hitam, celana jeans hitam juga sneakers putih. Tidak lupa cewek ini membawa tas punggung kecilnya. Rasyel memasukkan ponsel pintarnya ke dalam tas. Juga novel karya Boy Chandra yang berjudul Satu Hari di 2018 menemani ponsel miliknya. Ketukan di pintu mengharuskan cewek ini membukanya. Memperlihatkan mas Dava dengan kaos warna hitam juga kemeja putih yang tidak dikancing.

" Mas kira kamu tidur lagi. "

Rasyel hanya mendengus. Kembali masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil tas. Setelah menutup pintu kamar ternyamannya, cewek itu menarik tangan sang kakak pertama. Menuntunnya ke arah ruang keluarga tempat di mana ayah dan bunda mereka sedang menonton acara gosip. Rasyel memutar bola matanya jengah. Bisa-bisanya sang ayah juga menikmati tayangan unfaedah itu -kalau menurut Rasyel.

" Ayah, bunda. Minta uang jajan. " Ucap Rasyel sambil mengulurkan tangannya ke hadapan sang ayah.

Senyum manis masih menghiasi wajah anak gadis mereka. Tanpa menunggu lama, ayah Rasyel memberikan satu lembar uang berwarna biru. Membuat gadis itu cemberut tanda tidak terima. Dan meledaklah tawa semua orang yang ada di ruangan itu. Menertawakan tingkah konyol Rasyel.

" Lumayan itu buat tambah-tambah uang jajan. Kan uang tabungan adek ada. Bisa lah diambil 50 atau 100. "

" Ya tapi kan kurang ayah. "

" Kalau kurang minta Mas Dava atau Kak Aby. "

Gantian Dava juga Abyan yang cemberut. Bukannya pelit atau apa, tapi kalau Rasyel sudah meminta sesuatu pasti harganya sedikit di luar nalar. Menatap kedua kakaknya, Rasyel tersenyum mengejek. Cewek itu tahu kalau kedua kakaknya pasti akan pusing kalau pergi dengannya. Contohnya Abyan beberapa waktu lalu. Selain membelikan Rasyel boneka panda yang super besar, kakak keduanya itu juga ditodong satu porsi martabak manis spesial. Belum lagi dua buble tea yang diminta Rasyel malam harinya. Benar-benar menguras kantong Abyan.

" Enggak usah minta yang macam-macam nanti. "

Rasyel menggeleng. Masih menampilkan senyumannya. Cewek itu melangkah keluar rumah terlebih dahulu setelah salaman dengan kedua orang tuanya. Meninggalkan kedua kakaknya yang masih menggerutu karena ketentuan dari ayah dan bundanya tadi.

" Kita mau jalan-jalan kemana sih kak ?"

Baik Dava maupun Abyan hanya melirik Rasyel sekilas. Tampak tak tertarik dengan pertanyaan adiknya itu. Merasa tidak akan mendapat jawaban, Rasyel kembali diam. Menikmati suasana Semarang siang ini dari balik kaca mobil.

Mobil putih yang dikendarai Dava, berhenti tepat di salah satu tempat wisata. Dan Rasyel yang diam saja berubah menjadi lebih diam lagi. Harusnya tadi, kedua kakaknya itu berkata terus terang kalau akan membawa Rasyel ke Kota Lama. Cewek itu sudah sering pergi ke tempat ini. Bedanya, selama beberapa bulan ini Rasyel perginya dengan Olivia atau teman satu kelasnya yang lain. Dan kali kembali lagi dengan Dava dan Abyan.

Sweet Seventeen //PAA(2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang