Setelah satu minggu semua murid Kusuma Bangsa berkutat dengan soal-soal yang jawabannya harus pakai otak sekelas pemikirannya albert einstein, kini giliran mereka refreshing. Menghilangkan penat otak dengan berbagai macam lomba di sekolah. Setidaknya itu bisa membuat semua murid senang. Begitu pula dengan cewek berbandana abu-abu yang sedang duduk di salah satu kursi taman. Matanya sibuk menatap temannya yang sedang bertanding voli. Sesekali tawa geli dia berikan saat temannya tidak bisa membalas serangan lawan. Dan mendesah kecewa saat tim kelasnya kalah poin.
Di sampingnya ada susu kotak rasa vanila juga sepotong roti selai nuttela. Bukan dia yang membawanya sih. Beberapa menit lalu ada murid kelas sebelah memberinya dua benda pengganjal lapar itu. Dan cewek itu langsung tahu siapa pelakunya. Tidak mungkin kan si Revan yang sedang dia gebet yang memberikan susu kotak vanila juga roti selai nuttela itu. Karena rasanya khayal, toh Revan juga satu kelas dengannya.
Masih mengamati gerombolan murid di depan sana, cewek itu tidak sadar kalau seseorang sudah duduk di sampingnya. Siswi lain dengan rambut dicepol juga jus kotak. Melihat wajah serius Rasyel dari samping. Sebenarnya cewek itu tidak ada bedanya dengan Rasyel. Hanya saja dia merasa seorang Rasyel lebih menarik daripada dia. Entah apa yang menyebabkan semua anak laki-laki seangkatannya selalu membicarakan Rasyel Rasyel ini.
Menghela nafasnya, Ashila berusaha menyapa Rasyel. Pertama, cewek itu tidak mendapat respon. Kedua, Rasyel masih asyik mengamati teman-temannya. Bahkan cewek yang bersebelahan dengannya itu sempat bersorak saat tim kelasnya berhasil menambah poin. Ketiga, Rasyel malah bertepuk tangan sambil mengatakan 'yes' karena kemenangan kelasnya. Keempat, cewek berbandana abu-abu itu menengok sekilas. Bukan untuk menyapa Ashila sih, lebih tepatnya mengambil susu kotak rasa vanilla-nya. Baru setelah itu, sosok yang ada di samping Ashila menyadari keberadaannya.
Rasyel menoleh, tersenyum canggung saat ada siswi lain di sebelahnya. Seseorang yang dia ketahui bernama Ashila. Dan dirinya mencoba mengingat kalau tadi Ashila Ashila itu sempat menyapanya juga.
" Maaf ya, Shila. Tadi aku terlalu excited lihat teman-temanku. " Ucap Rasyel karena malu akan tingkahnya yang kadang kelewat batas kekanakannya. Ashila mengangguk. Memainkan jus kotak rasa mangga yang dia bawa tadi. Melihat keantusiasan Rasyel, membuatnya lupa dengan tujuannya menghampiri cewek itu.
" Kamu suka sama olahraga voli ya ?" Tanya Ashila yang tidak langsung dijawab oleh Rasyel.
" Enggak sih. Aku cuma suka lihat kalau pada main. Lebih condong ke sepeda kalau aku. "
" Oh. Aku kira suka, soalnya kelihatan antusias banget tadi. "
Sekali lagi Rasyel mengangguk, namun sedetik kemudian menggeleng. Cewek itu mengambil potongan rotinya. Memakannya dalam diam. Sempat menawarkan roti itu pada Ashila. Beruntung cewek -yang tidak kalah cantik seperti Rasyel- itu mau mengambil rotinya. Hitung-hitung membantu Rasyel menghabiskan bekal makan siang dadakan ala Jevan itu. Mereka berdua makan sambil melihat perlombaan lagi.
Bingung. Itulah yang dirasakan Ashila. Dia berusaha mengingat kembali tujuannya. " Ee, Rasyel. Aku mau tanya, boleh ?" Tanya Ashila hati-hati. Meskipun dia tahu Rasyel termasuk orang yang baik dan tidak mudah tersinggung. Tetapi, tetap saja Ashila harus minta izin untuk bertanya.
Rasyel mengangguk. Tersenyun cerah ke arah Ashila. " Apa ?"
" Kamu pacarnya Jevan ya ?"
Andai saat ini Rasyel masih menikmati rotinya, pasti dia sudah tersedak. Atau jika diibaratkan film kartun, itu bola matanya sudah keluar dengan dramatis mungkin. Sayangnya, cewek itu malah diam. Mengerjapkan matanya. Masih tidak percaya dengan ucapan Ashila. Seriuskah cewek itu bertanya hal demikian dengan Rasyel ?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Seventeen //PAA(2)
Ficção AdolescenteSi ganteng yang menyukai si manis. Si manis membenci si ganteng tapi tetap menjadi teman baiknya. Si manis juga menyukai si pandai. Si pandai yang sudah menjadi pacar si cantik. Si cantik yang menyimpan rasa pada si ganteng. Cerita masa putih abu...