23 | Study Tour (a)

8 0 0
                                    

Hari yang dinanti semua siswa telah tiba. Di mana tak sedikit dari mereka yang sibuk merencanakan akan membeli beberapa souvenir sebagai buah tangan. Ashila duduk termenung di sudut taman sambil memperhatikan teman-temannya. Dia tidak mau pusing memikirkan oleh-oleh. Yang ada dipikirannya saat ini hanyalah Jevan. Ya, bagaimana pun juga perasaannya untuk cowok itu tidak bisa diubah. Meski dia menerima Revan sebagai kekasihnya, rasanya aneh. Hati Ashila merasa bersalah pada sahabatnya itu.

" Kamu jadi duduk sama aku kan Syel ? "

Tanpa sadar Ashila menoleh. Mencari sumber suara yang tidak asing baginya. Menemukan Rasyel dan Olivia berdiri tak jauh darinya. Saat itu pula Ashila ingin menghampiri. Tapi, dia terlalu takut. Entah apa yanh dia takutkan. Mungkin saja hubungannya dengan Revan, atau bisa jadi tentang renggangnya kedekatan Rasyel dan Jevan. Pusing, cewek berbaju soft blue ini mengacak rambutnya sendiri. Merasa gemas dengan keadaan sekitarnya. Belakangan ini, jarang memang Ashila bertegur sapa dengan Rasyel. Lebih tepatnya mencoba menghindar.
Perjalanan study wisata ke Bali kali ini sangat lambat menurut Ashila. Selain satu bus dengan Rasyel, tempat duduk mereka pun hanya berjarak beberapa bangku. Ashila sadar, harusnya dia tidak meminta bantuan Rasyel waktu itu. Sedikit demi sedikit rasa bersalah mulai menggerogoti hatinya. Dari beberapa siswa lain, dia mendengar kalau Jevan dan Rasyel saling menjauh. Padahal semua siswa sering menyebut keduanya sebagai couple goals, meskipun pada kenyataannya tidak ada hubungan khusus antara Jevan dan Rasyel.

Debur ombak yang dapat dia nikmati lewat jendela bus pariwisata mengalihkan dunianya dari sosok cowok yang belakangan ini diam-diam mengawasinya. Terus memperhatikan gerak-geriknya dari jauh. Meskipun dia tahu tapi selama ini mencoba untuk berpura-pura tidak mengetahui semuanya. Lebih tepatnya membiarkan cowok itu menguntitnya. Bukan hal baru lagi. Kalau dulu dilakukan secara terbuka lewat kejahilannya, sementara belakangan ini dilakukan seperti detektif. Seperti halnya hari ini. Bukannya Rasyel tidak tahu kalau cowok itu kembali memperhatikan dirinya. Mulai dari saat dia bermain hp, memakan camilan, mengobrol santai dengan Olivia, juga saat dia mengamati debur ombak di luar sana.

Rasyel bangkit dari duduknya, menyuruh Olivia untuk bertukar tempat duduk dengannya. Mata cewek ini langsung memicing melihat sisi kanannya. Membuat orang yang ditatap langsung berpaling ke arah lain dengan gugup. Jelas, cowok satu ini tertangkap basah tengah memperhatikan gerak-gerik seorang Rasyel. Sedangkan teman yang duduk disampingnya tengah menahan tawa agar tidak kelepasan.

" Apa lihat-lihat ? " Ucap Rasyel tanpa suara. Cowok yang tidak lain adalah Jevan itu hanya menggeleng. Sesekali berdehem untuk menetralkan kegugupannya.

Lagi, Jevan tak dapat menahan matanya untuk tidak melirik Rasyel. Niat hati mau berbaikan tetapi dirinya tidak berani mengucapkan kata maaf atas kemarahan yang dia ciptakan sendiri ini. Dan beginilah akhirnya, harus diam-dian mencuri pandang ke arah Rasyel.

" Hei. Aku risih tahu dilihat seperti itu. " Kembali dia tertangkap basah oleh Rasyel. Betapa hebatnya cewek itu bisa tahu kalau Jevan memperhatikan tingkahnya.

Rasyel memang tidak menatap Jevan langsung saat menegur halus cowok itu. Fokusnya justru deretan huruf yang tercetak rapi pada lembar novel yang tengah dia baca. Dia hanya merasa ada yang meliriknya. " Kamu kenapa sih Je ?" Kali ini seorang Rasyel benar-benar menatap Jevan. Mencari jawaban atas tingkah aneh cowok itu.

" Apa ?" Ingin sekali Jevan mengetuk kepalanya sendiri. Betapa bodohnya dia.

Rasyel kembali cuek. Membaca lebih asyik ketimbang menunggu jawaban atas pertanyaannya untuk Jevan. Yang ada bukan jawaban pasti yang didapat melainkan kalimat-kalimat aneh. " Maaf. "

" Hah ?"

" Aku minta maaf buat sikapku selama ini. " Lirih Jevan yang masih bisa didengar jelas oleh Rasyel.

Sweet Seventeen //PAA(2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang