4 | Fourth Day

23 4 0
                                    

Ashila terbangun dengan wajah sembap. Semalam dia memaksakan diri menonton drama korea sampai episode terakhir. Membuatnya tertidur jam satu dini hari. Masih untung papi dan maminya tidak marah. Iris coklat terang Ashila mencari jam dinding yang ada di kamarnya. Matanga langsung membulat saat melihat jarum panjang ada di angka tujuh.

Pasti akan terlambat lagi. Desah Ashila dalam hati.

Dengan sedikit malas, Ashila melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Bersiap menuju ke sekolah dengan diantar sopir. Pernah Ashila meminta papinya untuk mengantar sekolah, tapi papinya menolak dengan halus. Membuat Ashila sedikit kecewa.

" Morning sweety. Mami bikinin susu coklat sama nasi goreng abon. Makan yang banyak ya. "

Ashila mengangguk. Menyuap nasi goreng abon buatan maminya ke dalam mulut. Sesekali dia melirik seisi rumah. Mencari keberadaan papinya. Nihil, papi tidak ada di rumah. Rissa tahu kalau putri semata wayangnya itu mencari keberadaan suaminya. Rissa memaklumi suaminya itu. Rio- suaminya sekaligus papi dari anaknya memang sangat sibuk akhir-akhir ini.

Rissa tersenyum melihat sepiring nasi goreng abon di hadapan Ashila tandas tak bersisa. Sekarang Ashila berganti meminum susu coklat hangat yang dibuatkan maminya.

" Hati-hati di jalan ya sayang. Maaf mami nggak bisa nganterin. "

" It's ok mi. Shila berangkat ya. "

Ashila pergi. Menuju ke sekolahnya dengan kotak bekal yang dia pegang di tangan kanannya.

Ashila berhenti. Menatap pandangan di depannya dengan tatapan lembut. Orang yang ada di depan sana sedang asyik memainkan kertas yang dijadikan pesawat terbang. Menerbangkannya ke depan sebelum mengambilnya kembali.

Jujur saat pertama kali bertemu dengan Jevan, Ashila menyukainya. Berbeda saat Ashila bersama dengan Revan. Sebut saja ini cinta monyet karena memang begitu adanya. Kembali melangkah, Ashila ingin menghampiri Jevan yang masih asyik dengan mainannya. Tapi, senyuman hangat Ashila dan keinginannya menghampiri Jevan harus sirna.

Jevan yang tadi asyik memainkan pesawat terbang kertas itu, kini sibuk menarik kedua kuncir milik Rasyel. Membuat Rasyel terpekik kaget. Bahkan cewek itu berbalik badan dan ingin memukul Jevan. Membuat rasa iri juga cemburu di hati Ashila yang melihatnya.

Jevan masih terus berlari sampai masuk ke dalam kelas. Tidak dia pedulikan suara teriakan protes juga langkah lari Rasyel yang mengejarnya. Salahnya memang menarik rambut Rasyel. Iseng. Sebenarnya Jevan menyukai rambut hitam Rasyel. Membuat cowok itu selalu ingin menjambaknya karena gemas.

" Sakit tahu Je. Awas kamu ya. Aku berdoa setelah MOPD ini berakhir, kita nggak akan satu kelas. " Gerutu Rasyel yang dihadiahi acakan rambut dari Jevan. Dengan sigap cewek itu menyingkirkan tangan Jevan yang masih sibuk mencoba mengacak rambutnya.

" Semoga doa lo itu tidak terkabulkan. " Jawab Jevan tenang sambil mengamati wajah kesal Rasyel.

" Sialan kamu. "

" Istirahat nanti ikut gue ya. "

Rasyel hanya melihat Jevan sekilas. Tidak ada keinginan dari hatinya untuk mempertanyakan ajakan Jevan tersebut.

" Mblo gue seriusan ini. Ikut gue ke taman belakang. Ada hadiahnya nanti. "

Dan waktu istirahat pun tiba. Tanpa persetujuan Rasyel, Jevan langsung menarik tangan cewek itu agar mau mengikutinya ke taman belakang. Taman sekolah yang agak sepi dan jarang dikunjungi. Mungkin hanya petugas kebersihan sekolah yang sering ke sini untuk membersihkan lingkungan. Jevan duduk di kursi yang ada di sana. Kursi kelas yang sudah tidak digunakan lagi. Diikuti dengan Rasyel yang duduk perlahan di dekat Jevan. Tidak ada yang membuka percakapan. Sampai Jevan mengeluarkan kotak berwarna putih.

Sweet Seventeen //PAA(2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang