2 | Second Day

32 5 0
                                    

loha...

Jangan bosan ya sama cerita ini.

Cerita ini memang aku ubah sedemikian rupa kok. Hadir dalam wajah baru.

Isinya benar2 beda sama yang sebelumnya.

😢 kalau sampai cerita ini sepi pembaca aku bakalan syedih

Jangan lupa tekan bintang di akhir cerita ya 😉. Akunya maksa 😆😂

♥♥♥

Pandangan Rasyel masih tertuju pada gerbang berwarna putih di depan sana. Memperhatikan beberapa siswa yang datang. Baik itu siswa kelas sebelas, dua belas, maupun kelas sepuluh yang sama sepertinya. Hatinya was-was karena bel hampir berbunyi orang yang dia tunggu tak kunjung datang. Seharusnya kemarin dirinya tidak langsung mempercayai Jevan begitu saja. Benar anak laki-laki itu sempat mengirimkan gambar papan nama miliknya lewat whatsapp. Dan pagi ini, Rasyel berniat mengambilnya lebih cepat daripada menunggu Jevan memberikannya. Sepertinya harapan Rasyel harus pupus karena bel telah berbunyi dan Jevan belum terlihat datang. Membuat mood yang dia miliki langsung berubah dengan cepat. Menghela nafas, Rasyel berbalik menuju ke lapangan tempat dilaksanakan apel pagi. Biarkan sjaa nanti dirinya dimarahi oleh kakak OSIS karena tidak membawa papan nama. Padahal pemakaian papan nama itu akan diresmikan hari ini.

Dasar Jevan menyebalkan. Gerutu Rasyel di dalam hatinya. Wajahnya masih tertekuk.

" Sorry lama. Kamu nunggu ini kan ?"

Senyuman Rasyel langsung terbit. Mengabaikan kekesalannya pada sosok Jevan yang entah datang dari mana sambil membawa papan nama milik Rasyel.

" Terima kasih ya Je. "

" Sama-sama Rara. "

Meskipun sempat mengerutkan keningnya karena asing dengan nama panggilan yang diberikan Jevan, tapi Rasyel tetap tersenyum manis. Tidak ada salahnya Jevan memanggilnya dengan sebutan Rara. Toh itu juga terdengar manis di telinganya.

" Silakan yang tidak membawa papan nama yang kakak suruh maju ke depan. "

Kasihan. Di sini saja panas apalagi di depan sana. Lagi-lagi Rasyel menggerutu dalam hati. Merasa kasihan pada beberapa anak yang mungkin lupa membawa atau sengaja belum membuat papan nama dati kardus berbentuk kepala dengan topi petani seperti yang dipakai Rasyel saat ini.

Asyik mengabsen satu per satu wajah yang berdiri di depan sana, Rasyel menemukan wajah Jevan. Menengok ke arah kiri, Rasyel tidak menemukan Jevan di sampingnya. Jika Rasyel saja bisa memakai papan nama, seharusnya Jevan juga. Tapi, tidak anak laki-laki itu kini dengan tenangnya berdiri di depan bersama anak lainnya. Bahkan Rasyel juga melihat anak gadis yang belum dia ajak kenalan saat di taman kemarin juga berdiri di samping Jevan.

" Jevan konyol. " Bisik Rasyel pelan tetap menatap wajah Jevan yang kini tersenyum manis ke arahnya.

Setelah dibubarkan, Rasyel kembali ke dalam kelasnya. Tugas selanjutnya. Menyerahkan satu lembar keryas folio yang penuh dengan tulisannya mengenai deskripsi tentang SMA Kusuma Bangsa kepada kakak OSIS baik hati yang dia ketahui bernama Elina. Nama yang mengingatkan Rasyel tentang film barbie bernama Elina.

Dengan tenang dan senang, Rasyel mengikuti arahan kakak OSIS. Mengerjakan tugas selanjutnya. Melukis. Ah, Rasyel sangat suka hal itu.

Sweet Seventeen //PAA(2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang