Setelah acara akbar Kusuma Bangsa awal bulan Januari itu, Rasyel merasa kalau sikap Jevan tidak berubah. Justru bertambah kejahilannya. Bukan hanya seorang Rasyel yang menjadi korban keusilan, tapi mulai merembet ke Olivia juga Jingga. Jika Olivia selalu mendapat keusilan tentang Nando, maka Jingga mendapat yang lain. Seperti membuat cewek itu malu karena tembus saat mendapat tamu bulanan di sekolah, misalnya. Dan Rasyel mau tidak mau terus memprotes ulah Jevan itu.
Deringan ponselnya, membuat cewek itu menatap ke sana. Melihat notifikasi yang masuk di aplikasi whatsapp. Ada banyak pesan yang sempat Rasyel abaikan. Penasaran, dia mulai membukanya satu per satu. Mulai dari pesan grup kelasnya. Atau beberapa pesan dari Jingga dan Olivia. Dan yang terakhir adalah pesan dari Revan. Alis Rasyel mengerut menjadi satu. Membaca pesan itu berulang kali. Memastikan bahwa sang pengirim memang benar adalah Revan. Orang yang wajahnya hampir bahkan mirip dengan Jevan.
Meskipun ragu, Rasyel tetap membalas pesan dari nomor baru milik Revan itu. Entah kenapa, kali ini Rasyel yakin kalau yang mengirimkan dia pesan memang Revan. Bukan Jevan si jahil yang sayangnya berteman baik dengannya. Rasyel tersenyum. Hanya selang beberapa menit cowok yang bertukar pesan dengannya itu memberi balasan. Dan cewek ini semakin menganga tak percaya saat Revan mengajaknya ketemuan. Sungguh di luar dugaannya. Setelah membalas pesan Revan dengan mengatakan di mana mereka akan bertemu, Rasyel bergegas mengganti bajunya. Cewek itu mengganti pakaian rumahannya dengan celana jeans warna biru terang juga blouse warna kuning tanpa lengan yang kemudian dia tutupi dengan cardigan warna hitam. Rasyel juga membiarkan rambutnya tergerai terhiasi bandana putih.
" Mau kemana itu anak ? Rapi amat jam segini. " Gumam Abyan yang memang melihat Rasyel keluar rumah lebih rapi. Cowok itu memutuskan tinggal dan sekolah di Semarang. Agar bisa dekat dengan keluarga. Dan mengawasi Rasyel sang adik tentunya.
Abyan meletakkan gelas minumnya. Berjalan--hampir berlari--menuju halaman depan. Dan dia sudah kehilangan jejak adiknya. Rasyel tidak terlihat di depan rumah. " Ngelayap lagi tuh pasti. Punya adik satu susah buat diingetin. "
Rasyel keluar dari tempat persembunyiannya. Di rumah memang hanya ada dirinya juga sang kakak kedua. Sedangkan ayah, bunda dan Mas Dava sedang pergi ke Bandung sejak dua hari lalu. Cewek itu kembali terkikik geli membayangkan ekspresi Abyan. Mana boleh Rasyel keluar tanpa kakaknya itu. Kemarin saat pergi ke indomaret terdekat saja, Abyan selalu menguntit. Dengan hati-hati Rasyel berjalan menjauh dari pohon tempat dia bersembunyi dari Abyan. Ditengoknya pintu rumah yang sudah tertutup rapat. Begitu aman, Rasyel melambaikan tangannya pada Mas Jon-tukang ojek langganan bundanya. Memberikan instruksi agar tukang ojek itu mengantarnya ke salah satu pusat perbelanjaan di Semarang.
Begitu sampai dan memberikan uang untuk Mas Jon, cewek itu segera berlari menuju ke dalam mall. Menuju lantai tiga di mana Revan berada. Sebenarnya bukan lantai itu tujuan mereka. Rencananya Rasyel akan pergi jalan-jalan di beberapa tempat wisata dengan Revan. Cowok itu yang mengajaknya.
Cewek dengan cardigan hitam itu sampai di samping seorang cowok yang sibuk dengan ponselnya. Entah mengetik pesan untuk siapa, Rasyel tidak mau tahu. Dicoleknya bahu Revan pelan. Betapa terkejutnya Rasyel begitu cowok itu menoleh. Bahkan berbagai macam umpatan sudah siap Rasyel lontarkan secara gamblanh di depan cowok itu. Dan yang ditatap sengit malah cengengesan tidak jelas. Betul. Cowok itu bukan Revan. Melainkan Jevan. Kembali lagi Rasyel menekankan nama cowok itu dalam hati dengan sebal. Memberikan berbagai macam umpatan untuk cowok itu di dalam hati saja.
" Kok kamu sih ?" Tanya Rasyel dengan raut muka yang sudah campur aduk. Antara marah, kesal, kecewa, dan penasaran. Sedangkan Jevan yang diberi pertanyaan malah mengangkat bahunya santai. Cowok itu menarik tangan Rasyel. Menuntun cewek itu untuk turun ke lantai satu. Lalu keduanya keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Seventeen //PAA(2)
Teen FictionSi ganteng yang menyukai si manis. Si manis membenci si ganteng tapi tetap menjadi teman baiknya. Si manis juga menyukai si pandai. Si pandai yang sudah menjadi pacar si cantik. Si cantik yang menyimpan rasa pada si ganteng. Cerita masa putih abu...